BENDUNG
DEFINISI BENDUNG :
Bendung adalah
bangunan melintang sungai yang berfungsi untuk meninggikan muka air sungai agar
bisa disadap. Bendung merupakan salah satu bagian dari bangunan utama.
Bangunan Utama
adalah bangunan air (hydraulic structure) yang terdiri dari bagian-bagian:
bendung (weir structure), bangunan pengelak (diversion structure),
bangunan pengambilan (intake structure), bangunan pembilas (flushing
structure) dan bangunan kantong lumpur (sediment trap structure).
Sebuah bendung memiliki fungsi, yaitu untuk meninggikan muka air sungai dan mengalirkan sebagian aliran air sungai yang ada ke arah tepi kanan dan tepi kiri sungai untuk mengalirkannya ke dalam saluran melalui sebuah bangunan pengambilan jaringan irigasi. Fungsi bendung ini berbeda dengan fungsi bendungan dimana sebuah bendungan berfungsi sebagai penangkap air dan menyimpannya di musim hujan waktu air sungai mengalir dalam jumlah besar dan yang melebihi kebutuhan. Air yang ditampung di dalam bendungan ini dipergunakan untuk keperluan irigasi, air minum, industri, dan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Kelebihan dari sebuah bendungan, yaitu dengan memiliki daya tampung tersebut, sejumlah besar air sungai yang melebihi kebutuhan dapat disimpan dalam waduk dan baru dilepas mengalir ke dalam sungai lagi di hilirnya sesuai dengan kebutuhan saja pada waktu yang diperlukan.
Bendung
juga dapat didefinisikan sebagai bangunan air yang dibangun secara melintang
sungai, sedemikian rupa agar permukaan air sungai di sekitarnya naik sampai
ketinggian tertentu, sehingga air sungai tadi dapat dialirkan melalui pintu
sadap ke saluran-saluran pembagi kemudian hingga ke lahan-lahan pertanian
(Kartasapoetra, 1991: 37).
Suatu
konstruksi sebuah bendung dapat dibuat dari urugan tanah, pasangan batu kali,
dan bronjong atau beton.
Sebuah
bendung konstruksinya dibuat melintang sungai dan fungsi utamanya adalah untuk
membendung aliran sungai dan menaikkan level atau tingkat muka air di bagian
hulu. Sebelum membangun sebuah konstruksi bendung, terlebih dahulu ditentukan
lokasi atau di bagian sungai mana bendung tersebut akan dibangun. Ini terkait
dengan wilayah atau luas petak-petak sawah yang aliran air irigasinya akan
dibantu oleh adanya konstruksi bendung tersebut.
Pemilihan
lokasi bendung hendaknya memperhatikan beberapa hal-hal seperti, wilayah atau
topografi daerah yang akan dialiri, topografi lokasi bendung, keadaan hidrolis
aliran sungai, keadaan tanah pondasi, dan lain sebagainya. Selain hal-hal utama
yang telah disebutkan tadi, terdapat pula hal-hal khusus yang harus tetap
diperhatikan sebelum membangun sebuah konstruksi bendung, misalnya konstruksi
bendung harus direncanakan sedemikian rupa agar seluruh daerah dapat dialiri
secara proses gravitasi, tinggi bendung dari dasar sungai tidak lebih dari
tujuh meter, saluran induk tidak melewati trase yang sulit, letak bangunan
pengambilan (intake) harus di letakkan sedemikian rupa sehingga dapat menjamin
kelancaran masuknya air, sebaiknya lokasi bendung itu berada pada alur sungai
yang lurus, keadaan pondasi cukup baik, tidak menimbulkan genangan yang luas di
udik bendung serta tanggul banjir sependek mungkin, dan pelaksanaan tidak sulit
dan biaya pembangunan tidak mahal.
Untuk
keperluan perencanaan dan pembangunan suatu konstruksi bendung, diperlukan pula
data-data yang nanti akan dipergunakan untuk menentukan dimensi, luasan, dan
bagian-bagian bendung yang perlu dibangun. Data-data tersebut, misalnya data
topografi, data hidrologi, data morfologi, data geologi, data mekanika tanah,
standar perencanaan (PBI, PKKI, PMI, dll), data lingkungan, dan data ekologi.
Selain itu, diperlukan juga data-data terkait tentang curah hujan di derah
tersebut, data debit banjir, dan data-data lain yang terkait dengan keadaan
hidrologis daerah tersebut. Semua data-data ini dipergunakan untuk perencanaan
dan pembangunan sebuah konstruksi bendung.
BAGIAN-BAGIAN BENDUNG
Konstruksi
sebuah bendung memiliki bagian-bagian tertentu. Bagian-bagian ini menopang
seluruh konstruksi bendung. Setiap bagian memiliki detail dan fungsi yang
khusus. Bagian-bagian inilah yang akan bekerja agar operasional suatu bendung
dapat berjalan dengan baik. Bagian-bagian dari konstruksi bendung secara umum,
yaitu:
1.
Tubuh bending
Tubuh bendung merupakan struktur utama
yang berfungsi untuk membendung laju aliran sungai dan menaikkan tinggi muka
air sungai dari elevasi awal. Bagian ini biasanya terbuat dari urugan tanah,
pasangan batu kali, dan bronjong atau beton. Tubuh bendung umumnya dibuat
melintang pada aliran sungai.
2.
Pintu air (gates)
Pintu air merupakan struktur dari
bendung yang berfungsi untuk mengatur, membuka, dan menutup aliran air di
saluran baik yang terbuka maupun tertutup. Bagian yang penting dari pintu air
adalah :
a)
Daun pintu (gate leaf)
Adalah bagian dari pintu air yang
menahan tekanan air dan dapat digerakkan untuk membuka, mengatur, dan menutup
aliran air.
b)
Rangka pengatur arah gerakan (guide
frame)
Adalah alur dari baja atau besi yang
dipasang masuk ke dalam beton yang digunakan untuk menjaga agar gerakan dari
daun pintu sesuai dengan yang direncanakan.
c)
Angker (anchorage)
Adalah baja atau besi yang ditanam di
dalam beton dan digunakan untuk menahan rangka pengatur arah gerakan agar dapat
memindahkan muatan dari pintu air ke dalam konstruksi beton.
d)
Hoist
Adalah alat untuk menggerakkan daun pintu air agar dapat dibuka dan ditutup dengan mudah.
Adalah alat untuk menggerakkan daun pintu air agar dapat dibuka dan ditutup dengan mudah.
3.
Pintu pengambilan (intake)
Pintu pengambilan berfungsi mengatur
banyaknya air yang masuk saluran dan mencegah masuknya benda-benda padat dan
kasar ke dalam saluran. Pada bendung, tempat pengambilan bisa terdiri dari dua
buah, yaitu kanan dan kiri, dan bisa juga hanya sebuah, tergantung dari letak
daerah yang akan diairi. Bila tempat pengambilan dua buah, menuntut adanya
bangunan penguras dua buah pula. Kadang-kadang bila salah satu pintu
pengambilam debitnya kecil, maka pengambilannya lewat gorong-gorong yang di
buat pada tubuh bendung. Hal ini akan menyebabkan tidak perlu membuat dua
bangunan penguras dan cukup satu saja.
4.
Kolam peredam energy
Bila sebuah konstruksi bendung dibangun
pada aliran sungai baik pada palung maupun pada sodetan, maka pada sebelah
hilir bendung akan terjadi loncatan air. Kecepatan pada daerah itu masih
tinggi, hal ini akan menimbulkan gerusan setempat (local scauring). Untuk
meredam kecepatan yang tinggi itu, dibuat suatu konstruksi peredam energi.
Bentuk hidrolisnya adalah merupakan suatu bentuk pertemuan antara penampang
miring, penampang lengkung, dan penampang lurus. Secara garis besar konstruksi
peredam energi dibagi menjadi 4 (empat) tipe, yaitu :
a)
Ruang olak tipe Vlughter
Ruang olak ini dipakai pada tanah
aluvial dengan aliran sungai tidak membawa batuan besar. Bentuk hidrolis kolam
ini akan dipengaruhi oleh tinggi energi di hulu di atas mercu dan perbedaan
energi di hulu dengan muka air banjir hilir.
b)
Ruang olak tipe Schoklitsch
Peredam tipe ini mempunyai bentuk
hidrolis yang sama sifatnya dengan peredam energi tipe Vlughter. Berdasarkan
percobaan, bentuk hidrolis kolam peredam energi ini dipengaruhi oleh
faktor-faktor, yaitu tinggi energi di atas mercu dan perbedaan tinggi energi di
hulu dengan muka air banjir di hilir.
c)
Ruang olak tipe Bucket
Kolam peredam energi ini terdiri dari
tiga tipe, yaitu solid bucket, slotted rooler bucket atau dentated roller
bucket, dan sky jump. Ketiga tipe ini mempunyai bentuk hampir sama dengan tipe
Vlughter, namun perbedaanya sedikit pada ujung ruang olakan. Umumnya peredam
ini digunakan bilamana sungai membawa batuan sebesar kelapa (boulder). Untuk
menghindarkan kerusakan lantai belakang maka dibuat lantai yang melengkung
sehingga bilamana ada batuan yang terbawa akan melanting ke arah hilirnya.
d)
Ruang olak tipe USBR
Tipe ini biasanya dipakai untuk head
drop yang lebih tinggi dari 10 meter. Ruang olakan ini memiliki berbagai
variasi dan yang terpenting ada empat tipe yang dibedakan oleh rezim hidraulik
aliran dan konstruksinya. Tipe-tipe tersebut, yaitu ruang olakan tipe USBR I
merupakan ruang olakan datar dimana peredaman terjadi akibat benturan langsung
dari aliran dengan permukaan dasar kolam, ruang olakan tipe USBR II merupakan
ruang olakan yang memiliki blok-blok saluran tajam (gigi pemencar) di ujung
hulu dan di dekat ujung hilir (end sill) dan tipe ini cocok untuk aliran dengan
tekanan hidrostatis lebih besar dari 60 m, ruang olakan tipe USBR III merupakan
ruang olakan yang memiliki gigi pemencar di ujung hulu, pada dasar ruang olak
dibuat gigi penghadang aliran, di ujung hilir dibuat perata aliran, dan tipe
ini cocok untuk mengalirkan air dengan tekanan hidrostatis rendah, dan ruang
olakan tipe USBR VI merupakan ruang olakan yang dipasang gigi pemencar di ujung
hulu, di ujung hilir dibuat perata aliran, cocok untuk mengalirkan air dengan
tekanan hidrostatis rendah, dan Bilangan Froud antara 2,5 - 4,5.
e)
Ruang olak tipe The SAF Stilling Basin
(SAF = Saint Anthony Falls)
Ruang olakan tipe ini memiliki bentuk trapesium
yang berbeda dengan bentuk ruang olakan lain dimana ruang olakan lain berbentuk
melebar. Bentuk hidrolis tipe ini mensyaratkan Fr (Bilangan Froude) berkisar
antara 1,7 sampai dengan 17. Pada pembuatan kolam ini dapat diperhatikan bahwa
panjang kolam dan tinggi loncatan dapat di reduksi sekitar 80% dari seluruh
perlengkapan. Kolam ini akan lebih pendek dan lebih ekonomis akan tetapi
mempunyai beberapa kelemahan, yaitu faktor keselamatan rendah (Open Channel
Hidraulics, V.T.Chow : 417-420) Pemilihan tipe kolam peredam energi tergantung
pada beberapa faktor atau beberapa kondisi, misalnya keadaan tanah dasar atau
kondisi tanah dasar, tinggi perbedaan muka air hulu dan hilir, dan sedimen yang
diangkut aliran sungai.
5.
Pintu penguras
Penguras ini bisanya berada pada
sebelah kiri atau sebelah kanan bendung dan kadang-kadang ada pada kiri dan
kanan bendung. Hal ini disebabkan letak daripada pintu pengambilan. Bila pintu
pengambilan terletak pada sebelah kiri bendung, maka penguras pun terletak pada
sebelah kiri pula. Bila pintu pengambilan terletak pada sebelah kanan bendung,
maka penguras pun terletak pada sebelah kanan pula. Sekalipun kadang-kadang
pintu pengambilan ada dua buah, mungkin saja bangunan penguras cukup satu hal
ini terjadi bila salah satu pintu pengambilan lewat tubuh bendung. Pintu
penguras ini terletak antara dinding tegak sebelah kiri atau kanan bendung
dengan pilar, atau antara pilar dengan pilar. Lebar pilar antara 1,00 sampai
2,50 meter tergantung konstruksi apa yang dipakai.
Pintu penguras ini berfungsi untuk
menguras bahan-bahan endapan yang ada pada sebelah udik pintu tersebut. Untuk
membilas kandungan sedimen dan agar pintu tidak tersumbat, pintu tersebut akan
dibuka setiap harinya selama kurang lebih 60 menit. Bila ada benda-benda hanyut
mengganggu eksploitasi pintu penguras, sebaiknya dipertimbangkan untuk membuat
pintu menjadi dua bagian, sehingga bagian atas dapat diturunkan dan benda-benda
hanyut dapat lewat diatasnya.
JENIS BENDUNG :
·
Bendung tetap (fixed weir, uncontrolled weir)
Bendung tetap
adalah jenis bendung yang tinggi pembendungannya tidak dapat diubah, sehingga
muka air di hulu bendung tidak dapat diatur sesuai yang dikehendaki.
Pada bendung
tetap, elevasi muka air di hulu bendung berubah sesuai dengan debit sungai yang
sedang melimpas (muka air tidak bisa diatur naik ataupun turun). Bendung tetap
biasanya dibangun pada daerah hulu sungai. Pada daerah hulu sungai kebanyakan
tebing-tebing sungai relative lebih curam dari pada di daerah hilir. Pada saat
kondisi banjir, maka elevasi muka air di bendung tetap (fixed weir) yang
dibangun di daerah hulu tidak meluber kemana-mana (tidak membanjiri daerah yang
luas) karena terkurung oleh tebing-tebingya yang curam.
·
Bendung gerak/bendung berpintu (gated weir, barrage)
Bendung gerak
adalah jenis bendung yang tinggi pembendungannya dapat diubah sesuai dengan
yang dikehendaki.
Pada bendung
gerak, elevasi muka air di hulu bendung dapat dikendalikan naik atau turun
sesuai yang dikehendaki dengan membuka atau menutup pintu air (gate). Bendung
gerak biasanya dibangun pada daerah hilir sungai atau muara. Pada daerah hilir
sungai atau muara sungai kebanyakan tebing-tebing sungai relative lebih landai
atau datar dari pada di daerah hilir. Pada saat kondisi banjir, maka elevasi
muka air sisi hulu bendung gerak yang dibangun di daerah hilir bisa diturunkan
dengan membuka pintu-pintu air (gate) sehingga air tidak meluber kemana-mana
(tidak membanjiri daerah yang luas) karena air akan mengalir lewat pintu yang
telah terbuka kea rah hilir (downstream).
PENENTUAN LOKASI
BENDUNG:
Lokasi bendung
harus dipilih di tempat yang optimum dengan memperhatikan :
·
Bagian sungai yang lurus dengan bentang terpendek ( jarak antara tebing
kiri-tebing kanan).
·
Terdapat alur yang stabil di dekat lokasi bangunan pengambilan (intake
structure).
·
Air sungai yang akan disadap mencukupi meskipun pada saat musim kemarau.
·
Sedikit sedimen yang masuk pada saat penyadapan.
·
Dampak pembangunan bendung adalah kecil baik ke arah hulu dan hilir.
·
Stabilitas bendung bisa tercapai seiring dengan biaya yang ekonomis.
·
Mudah dalam saat pelaksanaan Operasi dan pemeliharaan.
Data-data yang
dibutuhkan untuk perencanaan:
·
Peta topografi (skala 1 : 25000, 1 : 1 : 2000 dan skala 1 :
100), untuk menentukan tata letak bendung.
·
Data geologi teknik lokasi tapak bendung, untuk menentukan karakteristik
pondasi bendung.
·
Data hidrologi, untuk menentukan besaran debit banjir rencana.
·
Data morfologi sungai, untuk menentukan besaran angkutan sedimen.
·
Data karakteristik sungai, untuk menentukan hubungan antara besaran debit
sungai dengan elevasi muka air banjir.
·
Keadaan batas pada jaringan irigasi, untuk menentukan dimensi bendung dan
bangunan intake.
·
Bangunan-bangunan yang sudah ada (exsisting structure) atau bangunan
yang sedang direncanakan pada sungai tersebut, baik di hulu maupun hilir calon
bendung.
Pemilihan tipe
bendung
Pemilihan tipe
bendung ( bendung tetap ataupun bendung gerak) didasarkan pada pengaruh air
balik akibat pembendungan (back water). Jika pengaruh air
balik akibat pembendungan tersebut berdampak pada daerah yang luas maka bendung
gerak (bendung berpintu) merupakan pilihan yang tepat.
Jika pengaruh air
balik akibat pembendungan tersebut berdampak pada daerah yang tidak terlalu
luas (misal di daerah hulu ) maka bendung tetap merupakan pilihan yang tepat.
Jika sungai
mengangkut batu-batuan bongkahan pada saat banjir, maka peredam energi yang
sesuai adalah tipe bak tenggelam. Bagian hulu muka pelimpah direncanakan
mempunyai kemiringan untuk mengantisipasi agar batu-batu bongkah dapat
terangkut lewat di atas pelimpah. Jika sungai tidak mengangkut batu-batuan
bongkahan pada saat banjir, maka peredam energi yang sesuai adalah tipe kolam
olakan (stilling basin).
Penentuan elevasi
puncak bendung/elevasi puncak pelimpah
Elevasi puncak pelimpah
direncanakan dengan mempertimbangkan : elevasi muka air rencana di bangunan
bagi paling hulu, kehilangan tinggi energi pada alat ukur, kehilangan tinggi
energi pada pengambilan saluran primer, kehilangan tinggi energi pada
pengambilan, faktor keamanan dan kemiringan saluran antara bangunan intake
dengan bangunan bagi paling hulu.
Contoh untuk
ilustrasi penentuan elevasi puncak pelimpah :
- Elevasi muka air rencana pada bangunan
bagi yang paling hulu = +15.87
- Kehilangan tinggi energi pada alat
ukur = 0.40
m
- Kehilangan tinggi energi pada
pengambilan saluran
primer
= 0.10 m
- Kehilangan tinggi energi pada
intake = 0.18
m
- Beda tinggi akibat kemiringan saluran
antara intake – bang. Bagi = 0.05
m
(panjang saluran
375 m; kemiringan saluran 0.00013; 375x0.00013)
- Fak faktor
keamanan = 0.10
m
Elevasi
puncak
pelimpah = +16.70
Penentuan lebar
Bendung
Untuk menentukan
lebar bendung yaitu jarak dari dinding sebelah kiri ke dinding sebelah kanan
maka dilakukan langkah-langkah seperti berikut :
1) Melakukan
pengukuran beberapa potongan melintang (cross section) sungai pada
rentang jarak antara 100 m. Misalkan : ada 6 potongan yaitu P1, P2, P3, P4, P5
dan P6.
2) Memplot
potongan melintang tersebut (P1 sampai P6) pada gambar.
3) Menentukan
kemiringan rata-rata dasar sungai (Ib).
Misal :
Potongan
|
Elev. Dasar
sungai rata-rata
|
Jarak antar (m)
|
Kemiringan dasar
(slope) rata-rata
|
P1
|
15.40
|
-
|
|
P2
|
15.30
|
20
|
(15.40-15.30)/20=0.005
|
P3
|
15.25
|
20
|
(15.30-15.25)/20=0.0025
|
P4
|
15.20
|
20
|
(15.25-15.20)/20=0.0025
|
P5
|
15.10
|
20
|
(15.20-15.10)/20=0.005
|
P6
|
15.05
|
20
|
(15.10-15.05)/20=0.0025
|
Total
|
100
|
||
Rata-rata slope
Ib adalah = 0.0035
|
4) Menentukan
banjir tahunan (Q1), misalkan : 275 m3/dt (didapat dari analisis hidrologi)
5) Menentukan
elevasi muka air banjir tahunan di setiap potongan.
6) Menentukan
lebar permukaan air di sungai untuk Q1 pada setiap potongan.
7) Menghitung
lebar rata-rata dari potongan P1 sampai P6. Misalkan didapat
P1
= 81.0 m
P2
= 81.5 m
P3
= 66.0 m
P4
= 69.0 m
P5
= 62.0 m
P6
= 69.0 m
Lebar rata-rata P1
sampai P6 = 71.40 m ini jarak antara abutment kiri dan kanan.
Pengertian
Bendung
Sebuah
bendung memiliki fungsi, yaitu untuk meninggikan muka air sungai dan
mengalirkan sebagian aliran air sungai yang ada ke arah tepi kanan dan tepi
kiri sungai untuk mengalirkannya ke dalam saluran melalui sebuah bangunan
pengambilan jaringan irigasi. Fungsi bendung ini berbeda dengan fungsi
bendungan dimana sebuah bendungan berfungsi sebagai penangkap air dan
menyimpannya di musim hujan waktu air sungai mengalir dalam jumlah besar dan
yang melebihi kebutuhan. Air yang ditampung di dalam bendungan ini dipergunakan
untuk keperluan irigasi, air minum, industri, dan kebutuhan-kebutuhan lainnya.
Kelebihan dari sebuah bendungan, yaitu dengan memiliki daya tampung tersebut, sejumlah
besar air sungai yang melebihi kebutuhan dapat disimpan dalam waduk dan baru
dilepas mengalir ke dalam sungai lagi di hilirnya sesuai dengan kebutuhan saja
pada waktu yang diperlukan. Bendung juga dapat didefinisikan sebagai bangunan
air yang dibangun secara melintang sungai, sedemikian rupa agar permukaan air
sungai di sekitarnya naik sampai ketinggian tertentu, sehingga air sungai tadi
dapat dialirkan melalui pintu sadap ke saluran-saluran pembagi kemudian hingga
ke lahan-lahan pertanian (Kartasapoetra, 1991: 37).
Suatu konstruksi sebuah bendung dapat dibuat dari urugan tanah, pasangan batu kali, dan bronjong atau beton. Sebuah bendung konstruksinya dibuat melintang sungai dan fungsi utamanya adalah untuk membendung aliran sungai dan menaikkan level atau tingkat muka air di bagian hulu. Sebelum membangun sebuah konstruksi bendung, terlebih dahulu ditentukan lokasi atau di bagian sungai mana bendung tersebut akan dibangun. Ini terkait dengan wilayah atau luas petak-petak sawah yang aliran air irigasinya akan dibantu oleh adanya konstruksi bendung tersebut. Pemilihan lokasi bendung hendaknya memperhatikan beberapa hal-hal seperti, wilayah atau topografi daerah yang akan dialiri, topografi lokasi bendung, keadaan hidrolis aliran sungai, keadaan tanah pondasi, dan lain sebagainya. Selain hal-hal utama yang telah disebutkan tadi, terdapat pula hal-hal khusus yang harus tetap diperhatikan sebelum membangun sebuah konstruksi bendung, misalnya konstruksi bendung harus direncanakan sedemikian rupa agar seluruh daerah dapat dialiri secara proses gravitasi, tinggi bendung dari dasar sungai tidak lebih dari tujuh meter, saluran induk tidak melewati trase yang sulit, letak bangunan pengambilan (intake) harus di letakkan sedemikian rupa sehingga dapat menjamin kelancaran masuknya air, sebaiknya lokasi bendung itu berada pada alur sungai yang lurus, keadaan pondasi cukup baik, tidak menimbulkan genangan yang luas di udik bendung serta tanggul banjir sependek mungkin, dan pelaksanaan tidak sulit dan biaya pembangunan tidak mahal. Untuk keperluan perencanaan dan pembangunan suatu konstruksi bendung, diperlukan pula data-data yang nanti akan dipergunakan untuk menentukan dimensi, luasan, dan bagian-bagian bendung yang perlu dibangun. Data-data tersebut, misalnya data topografi, data hidrologi, data morfologi, data geologi, data mekanika tanah, standar perencanaan (PBI, PKKI, PMI, dll), data lingkungan, dan data ekologi. Selain itu, diperlukan juga data-data terkait tentang curah hujan di derah tersebut, data debit banjir, dan data-data lain yang terkait dengan keadaan hidrologis daerah tersebut. Semua data-data ini dipergunakan untuk perencanaan dan pembangunan sebuah konstruksi bendung.
![https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8mphCoNYW2307ClHcS3Wfxwr0aZLx2N20VA5Un-hpW0ISA_BBprrs2Xcfq1P_VCMOAMPrZacDUhaYSE0t-T-w1ETJQqj0VZuTK4cVYwDK8YOfFROD2OVXCAue_aa2pju6kJhXYdyuiJw/s320/CIMG1074.JPG](file:///C:%5CUsers%5CUSER7%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_image001.jpg)
Syarat-syarat konstruksi bendung harus memenuhi beberapa faktor, yaitu
• Bendung harus stabil dan mampu menahan tekanan air pada waktu banjir;
• Pembuatan bendung harus memperhitungkan kekuatan daya dukung tanah di bawahnya;
• Bendung
harus dapat menahan bocoran (seepage) yang disebabkan oleh aliran air sungai
dan aliran air yang meresap ke dalam tanah;
• Tinggi ambang bendung harus dapat memenuhi tinggi muka air minimum yang diperlukan untuk seluruh daerah irigasi;
• Tinggi ambang bendung harus dapat memenuhi tinggi muka air minimum yang diperlukan untuk seluruh daerah irigasi;
• Bentuk
peluap harus diperhitungkan, sehingga air dapat membawa pasir, kerikil dan
batu-batu dari sebelah hulu dan tidak menimbulkan kerusakan pada tubuh bendung.
Pemilihan lokasi pembangunan bendung harus didasarkan atas beberapa faktor, yaitu :
• Keadaan Topografi
o Dalam
hal ini semua rencana daerah irigasi dapat terairi, sehingga harus dilihat
elevasi sawah tertinggi yang akan diari;
o Bila elevasi sawah tertinggi yang akan diairi telah diketahui maka elevasi mercu bendung dapat ditetapkan;
o Bila elevasi sawah tertinggi yang akan diairi telah diketahui maka elevasi mercu bendung dapat ditetapkan;
o Dari
kedua hal di atas, lokasi bendung dilihat dari segi topografi dapat diseleksi.
• Keadaan Hidrologi
• Keadaan Hidrologi
Dalam
pembuatan bendung, yang patut diperhitungkan juga adalah faktor – faktor
hidrologinya, karena menentukan lebar dan panjang bendung serta tinggi bendung
tergantung pada debit rencana. Faktor – faktor yang diperhitungkan, yaitu
masalah banjir rencana, perhitungan debit rencana, curah hujan efektif,
distribusi curah hujan, unit hidrograf, dan banjir di site atau bendung.
• Kondisi Topografi
Dilihat dari lokasi, bendung harus memperhatikan beberapa aspek, yaitu
o Ketinggian bendung tidak terlalu tinggi;
o Trase saluran induk terletak di tempat yang baik.
• Kondisi Hidraulik dan Morfologi
o Pola aliran sungai meliputi kecepatan dan arahnya pada waktu debit banjir;
o Kedalaman dan lebar muka air pada waktu debit banjir;
o Tinggi muka air pada debit banjir rencana;
o Potensi dan distribusi angkutan sedimen.
• Kondisi Tanah Pondasi
Bendung
harus ditempatkan di lokasi dimana tanah pondasinya cukup baik sehingga
bangunan akan stabil. Faktor lain yang harus dipertimbangkan pula yaitu potensi
kegempaan dan potensi gerusan karena arus dan sebagainya.
• Biaya Pelaksanaan
Biaya
pelaksanaan pembangunan bendung juga menjadi salah satu faktor penentu
pemilihan lokasi pembangunan bendung. Dari beberapa alternatif lokasi ditinjau
pula dari segi biaya yang paling murah dan pelaksanaan yang tidak terlalu
sulit.
Pembagian Jenis-Jenis Bendung
• Berdasarkan cara pembendungannya
Pembendungan
air dapat tidak hanya dengan puncak pelimpah yang permanen saja, tetapi dapat
juga dilengkapi dengan pintu pengatur yang bekerja di atas puncak ambang bendung.
Berdasarkan hal tersebut, maka bendung dapat dibagi, yaitu
o Bendung
Bila
seluruh atau sebagian besar dari pembendungannya dilakukan oleh sebuah puncak
pelimpah yang permanen. Meskipun bendung juga dilengkapi dengan pintu, tetapi
bagian dari pintu ini lebih kecil dalam pelaksanaan pembendungan air.
o Baragge
Jika
seluruh pembendungan atau sebagian besar dari pembendungan dilakukan oleh
pintu. Pada barrage yang pembendungannya dilakukan seluruhnya oleh pintu, maka
pada waktu banjir pintu tersebut dibuka sehingga peluapannya akan menjadi
minimum atau berkurang.
• Berdasarkan Fungsinya
o Bendung Pengarah ( Diversion Weir )
Diversion
Weir adalah suatu bangunan pelimpah dengan atau tanpa pintu penutup dan
terletak melintang atau memotong kedalaman dasar sungai. Fungsinya adalah untuk
membelokkan air sungai ke saluran primer.
o Bendung
Penahan
Fungsinya
adalah untuk menyimpan air banjir atau manahan air banjir pada saat banjir
datang sebagai penahan atau pengontrol banjir.
• Berdasarkan Bentuk dan Material Konstruksi
o Masonary Weir With Vertical Drops.
Bendung
tipe ini terdiri dari sebuah lantai horisontal dan sebuah puncak ambang dari
pasangan batu tembok dengan permukaan air hampir tegak. Bendung tipe ini cocok
untuk tanah dasar lempung keras.
o Rock Dry
Stone Weir.
Bendung
tipe ini adalah tipe yang sederhana, tipe ini cocok untuk tanah dasar berpasir
halus seperti tanah alluvial. Bendung tipe ini juga membutuhkan jumlah batu
yang sangat banyak, jadi bendung tipe ini tidak banyak dipakai.
Bangunan Yang Terdapat Pada Bendung
• Tubuh Bendung (Weir)
Tubuh
bendung merupakan struktur utama yang berfungsi untuk membendung laju aliran
sungai dan menaikkan tinggi muka air sungai dari elevasi awal. Bagian ini
biasanya terbuat dari urugan tanah, pasangan batu kali, dan bronjong atau
beton. Tubuh bendung umumnya dibuat melintang pada aliran sungai. Tubuh bendung
merupakan bagian yang selalu atau boleh dilewati air baik dalam keadaan normal
maupun air banjir. Tubuh bendung harus aman terhadap tekanan air, tekanan akibat
perubahan debit yang mendadak, tekanan gempa,dan akibat berat sendiri.
Pintu air
merupakan struktur dari bendung yang berfungsi untuk mengatur, membuka, dan
menutup aliran air di saluran baik yang terbuka maupun tertutup. Bagian yang
penting dari pintu air, yaitu
o Daun
Pintu (Gate Leaf)
Adalah bagian dari pintu air yang menahan tekanan air dan dapat digerakkan untuk membuka, mengatur, dan menutup aliran air.
o Rangka pengatur arah gerakan (guide frame)
Adalah alur dari baja atau besi yang dipasang masuk ke dalam beton yang digunakan untuk menjaga agar gerakan dari daun pintu sesuai dengan yang direncanakan.
o Angker (anchorage)
Adalah baja atau besi yang ditanam di dalam beton dan digunakan untuk menahan rangka pengatur arah gerakan agar dapat memindahkan muatan dari pintu air ke dalam konstruksi beton.
o Hoist
Adalah alat untuk menggerakkan daun pintu air agar dapat dibuka dan ditutup dengan mudah.
• Pintu Pengambilan (Intake)
Adalah bagian dari pintu air yang menahan tekanan air dan dapat digerakkan untuk membuka, mengatur, dan menutup aliran air.
o Rangka pengatur arah gerakan (guide frame)
Adalah alur dari baja atau besi yang dipasang masuk ke dalam beton yang digunakan untuk menjaga agar gerakan dari daun pintu sesuai dengan yang direncanakan.
o Angker (anchorage)
Adalah baja atau besi yang ditanam di dalam beton dan digunakan untuk menahan rangka pengatur arah gerakan agar dapat memindahkan muatan dari pintu air ke dalam konstruksi beton.
o Hoist
Adalah alat untuk menggerakkan daun pintu air agar dapat dibuka dan ditutup dengan mudah.
• Pintu Pengambilan (Intake)
Pintu
pengambilan berfungsi mengatur banyaknya air yang masuk saluran dan mencegah
masuknya benda-benda padat dan kasar ke dalam saluran. Pada bendung, tempat
pengambilan bisa terdiri dari dua buah, yaitu kanan dan kiri, dan bisa juga
hanya sebuah, tergantung dari letak daerah yang akan diairi. Bila tempat
pengambilan dua buah, menuntut adanya bangunan penguras dua buah pula.
Kadang-kadang bila salah satu pintu pengambilam debitnya kecil, maka
pengambilannya lewat gorong-gorong yang di buat pada tubuh bendung. Hal ini
akan menyebabkan tidak perlu membuat dua bangunan penguras dan cukup satu saja.
• Pintu Penguras
Penguras
ini bisanya berada pada sebelah kiri atau sebelah kanan bendung dan
kadang-kadang ada pada kiri dan kanan bendung. Hal ini disebabkan letak
daripada pintu pengambilan. Bila pintu pengambilan terletak pada sebelah kiri
bendung, maka penguras pun terletak pada sebelah kiri pula. Bila pintu
pengambilan terletak pada sebelah kanan bendung, maka penguras pun terletak
pada sebelah kanan pula. Sekalipun kadang-kadang pintu pengambilan ada dua buah,
mungkin saja bangunan penguras cukup satu hal ini terjadi bila salah satu pintu
pengambilan lewat tubuh bendung. Pintu penguras ini terletak antara dinding
tegak sebelah kiri atau kanan bendung dengan pilar, atau antara pilar dengan
pilar. Lebar pilar antara 1,00 sampai 2,50 meter tergantung konstruksi apa yang
dipakai. Pintu penguras ini berfungsi untuk menguras bahan-bahan endapan yang
ada pada sebelah udik pintu tersebut. Untuk membilas kandungan sedimen dan agar
pintu tidak tersumbat, pintu tersebut akan dibuka setiap harinya selama kurang
lebih 60 menit. Bila ada benda-benda hanyut mengganggu eksploitasi pintu
penguras, sebaiknya dipertimbangkan untuk membuat pintu menjadi dua bagian,
sehingga bagian atas dapat diturunkan dan benda-benda hanyut dapat lewat
diatasnya.
Bila
sebuah konstruksi bendung dibangun pada aliran sungai baik pada palung maupun
pada sodetan, maka pada sebelah hilir bendung akan terjadi loncatan air.
Kecepatan pada daerah itu masih tinggi, hal ini akan menimbulkan gerusan
setempat (local scauring). Untuk meredam kecepatan yang tinggi itu, dibuat
suatu konstruksi peredam energi. Bentuk hidrolisnya adalah merupakan suatu
bentuk pertemuan antara penampang miring, penampang lengkung, dan penampang
lurus. Secara garis besar konstruksi peredam energi dibagi menjadi 4 (empat)
tipe, yaitu
o Ruang
Olak Tipe Vlughter
Ruang
olak ini dipakai pada tanah aluvial dengan aliran sungai tidak membawa batuan
besar. Bentuk hidrolis kolam ini akan dipengaruhi oleh tinggi energi di hulu di
atas mercu dan perbedaan energi di hulu dengan muka air banjir hilir.
o Ruang
Olak Tipe Schoklitsch
Peredam
tipe ini mempunyai bentuk hidrolis yang sama sifatnya dengan peredam energi
tipe Vlughter. Berdasarkan percobaan, bentuk hidrolis kolam peredam energi ini
dipengaruhi oleh faktor-faktor, yaitu tinggi energi di atas mercu dan perbedaan
tinggi energi di hulu dengan muka air banjir di hilir.
o Ruang
Olak Tipe Bucket
Kolam
peredam energi ini terdiri dari tiga tipe, yaitu solid bucket, slotted rooler
bucket atau dentated roller bucket, dan sky jump. Ketiga tipe ini mempunyai
bentuk hampir sama dengan tipe Vlughter, namun perbedaanya sedikit pada ujung
ruang olakan. Umumnya peredam ini digunakan bilamana sungai membawa batuan
sebesar kelapa (boulder). Untuk menghindarkan kerusakan lantai belakang maka
dibuat lantai yang melengkung sehingga bilamana ada batuan yang terbawa akan
melanting ke arah hilirnya.
o Ruang
Olak Tipe USBR
Tipe ini
biasanya dipakai untuk head drop yang lebih tinggi dari 10 meter. Ruang olakan
ini memiliki berbagai variasi dan yang terpenting ada empat tipe yang dibedakan
oleh rezim hidraulik aliran dan konstruksinya. Tipe-tipe tersebut, yaitu ruang
olakan tipe USBR I merupakan ruang olakan datar dimana peredaman terjadi akibat
benturan langsung dari aliran dengan permukaan dasar kolam, ruang olakan tipe
USBR II merupakan ruang olakan yang memiliki blok-blok saluran tajam (gigi
pemencar) di ujung hulu dan di dekat ujung hilir (end sill) dan tipe ini cocok
untuk aliran dengan tekanan hidrostatis lebih besar dari 60 m, ruang olakan
tipe USBR III merupakan ruang olakan yang memiliki gigi pemencar di ujung hulu,
pada dasar ruang olak dibuat gigi penghadang aliran, di ujung hilir dibuat
perata aliran, dan tipe ini cocok untuk mengalirkan air dengan tekanan
hidrostatis rendah, dan ruang olakan tipe USBR VI merupakan ruang olakan yang
dipasang gigi pemencar di ujung hulu, di ujung hilir dibuat perata aliran,
cocok untuk mengalirkan air dengan tekanan hidrostatis rendah, dan Bilangan Froud
antara 2,5 - 4,5.
o Ruang
Olak Tipe The SAF Stilling Basin (SAF = Saint Anthony Falls)
Ruang
olakan tipe ini memiliki bentuk trapesium yang berbeda dengan bentuk ruang
olakan lain dimana ruang olakan lain berbentuk melebar. Bentuk hidrolis tipe
ini mensyaratkan Fr (Bilangan Froude) berkisar antara 1,7 sampai dengan 17.
Pada pembuatan kolam ini dapat diperhatikan bahwa panjang kolam dan tinggi
loncatan dapat di reduksi sekitar 80% dari seluruh perlengkapan. Kolam ini akan
lebih pendek dan lebih ekonomis akan tetapi mempunyai beberapa kelemahan, yaitu
faktor keselamatan rendah (Open Channel Hidraulics, V.T.Chow : 417-420)
• Kantong Lumpur
Kantong
lumpur berfungsi untuk mengendapkan fraksi-fraksi sedimen yang lebih besar dari
fraksi pasir halus ( 0,06 s/d 0,07mm ) dan biasanya ditempatkan persis
disebelah hilir bangunan pengambilan. Bahan-bahan yang telah mengendap dalam
kantung lumpur kemudian dibersihkan secara berkala melalui saluran pembilas
kantong lumpur dengan aliran yang deras untuk menghanyutkan endapan-endapan itu
ke sungai sebelah hilir.
• Bangunan Pelengkap
Terdiri dari bangunan-bangunan atau pelengkap yang akan ditambahkan ke bangunan utama untuk keperluan :
o Pengukuran debit dan muka air di sungai maupun di saluran sungai.
o Pengoperasian pintu.
o Peralatan komunikasi, tempat berteduh serta perumahan untuk tenaga eksploitasi dan pemeliharaan.
o
Jembatan diatas bendung agar seluruh bagian bangunan utama mudah dijangkau atau
agar bagian-bagian itu terbuka untuk umum.
![https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglRuQLkGYML6LzULXFq0EKYiLSMsIGvHUA88T8bKcO-taIgTo65VCGNskgCopcDNKNfGSw2j0XkNQqImFmdXeMx6KZTmDUYAhfIAddqSKKUumEWnHjFLAA99GCkPY7BRw0LOQ0NK37QBs/s320/CIMG1035.JPG](file:///C:%5CUsers%5CUSER7%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_image005.jpg)
Keadaan Tubuh Bendung
• Menentukan Tinggi Muka Air Maksimum Pada Sungai
Dalam menentukan tinggi muka air maksimum pada sungai dipengaruhi oleh:
o Kemiringan dasar sungai ( I );
o Lebar dasar sungai (b);
o Debit maksimum (Qd).
• Menentukan Tinggi Mercu Bendung
Tinggi mercu bendung dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
o Elevasi sawah bagian hilir tertinggi dan terjauh;
o Elevasi kedalaman air di sawah;
o Kehilangan tekanan dari saluran tersier ke sawah;
o Kehilangan tekanan dari saluran sekunder ke saluran tersier;
o Kehilangan tekanan dari saluran primer ke saluran sekunder;
o Kehilangan tekanan karena kemiringan saluran;
o Kehilangan tekanan di alat – alat ukur;
o Kehilangan tekanan dari sungai ke saluran primer;
o Persediaan tekanan untuk eksploitasi;
o Persediaan untuk bangunan lain.
Tinggi mercu bendung, p, yaitu ketinggian antara elevasi lantai udik atau dasar sungai di udik bendung dan elevasi mercu. Dalam menentukan tinggi mercu bendung maka harus dipertimbangkan terhadap :
o Kebutuhan penyadapan untuk memperoleh debit dan tinggi tekan;
o Kebutuhan tinggi energi untuk pembilasan;
o Tinggi muka air genangan yang akan terjadi;
o Kesempurnaan aliran pada bendung;
o Kebutuhan pengendalian angkutan sedimen yang terjadi di bendung;
o Tinggi mercu bendung, dianjurkan tidak lebih dari 4,00 meter dan minimum 0,5 H (H = tinggi energi di atas mercu).
• Menentukan Tinggi Air di Atas Mercu Bendung
Tinggi air di atas mercu bendung dipengaruhi oleh:
o Lebar Bendung (B)
Lebar
bendung adalah jarak antara dua tembok pangkal bendung (abutment), termasuk
lebar bangunan pembilas dan pilar-pilarnya. Ini disebut lebar mercu bruto.
Biasanya lebar bendung (B) < 6/5 lebar normal (Bn). Dalam penentuan panjang
mercu bendung, maka harus diperhitungkan terhadap :
1.
Kemampuan melewatkan debit desain dengan tinggi jagaan yang cukup;
2. Batasan tinggi muka air genangan maksimum yang diijinkan pada debit desain.
Berkaitan dengan itu panjang mercu dapat diperkirakan, yaitu
1. Sama lebar dengan lebar rata-rata sungai stabil atau pada debit penuh alur (bank full discharge);
2. Umunya diambil sebesar 1,2 kali lebar sungai rata-rata, pada ruas sungai yang telah stabil.
2. Batasan tinggi muka air genangan maksimum yang diijinkan pada debit desain.
Berkaitan dengan itu panjang mercu dapat diperkirakan, yaitu
1. Sama lebar dengan lebar rata-rata sungai stabil atau pada debit penuh alur (bank full discharge);
2. Umunya diambil sebesar 1,2 kali lebar sungai rata-rata, pada ruas sungai yang telah stabil.
Pengambilan
lebar mercu tidak boleh terlalu pendek dan tidak pula terlalu lebar. Bila
desain panjang mercu bendung terlalu pendek, akan memberikan tinggi muka air di
atas mercu lebih tinggi. Akibatnya tanggul banjir di udik akan bertambah tinggi
pula. Demikian pula genangan banjir akan bertambah luas. Sebaliknya bila
terlalu lebar dapat mengakibatkan profil sungai bertambah lebar pula sehingga akan
terjadi pengendapan sedimen di udik bendung yang dapat menimbulkan gangguan
penyadapan aliran ke intake.
• Lebar Efektif Bendung
Lebar
efektif bendung adalah lebar bendung yang bermanfaat untuk melewatkan debit.
Untuk menetapkan besarnya lebar efektif bendung, pelu diketahui mengenai
eksploitasi bendung, karena pengaliran air di atas pintu lebih sukar daripada
pengairan air di atas mercu bendung, maka kemampuan pintu pembilas untuk
pengaliran air dianggap hanya 80%.
• Menentukan Panjang dan Dalam Kolam Olak
Kolam
olak adalah suatu konstruksi yang berfungsi sebagai peredam energi yang
terkandung dalam aliran dengan memanfaatkan loncatan hidraulis dari suatu
aliran yang berkecepatan tinggi. Kolam olak sangat ditentukan oleh tinggi
loncatan hidraulis, yang terjadi di dalam aliran.
• Menentukan Panjang Lantai Muka
Akibat
dari pembendungan sungai akan menimbulkan pebedaan tekanan, selanjutnya akan
terjadi pengaliran di bawah bendung. Karena sifat air mencari jalan dengan
hambatan yang paling kecil yang disebut “Creep Line”, maka untuk memperbesar
hambatan, Creep Line harus diperpanjang dengan memberi lantai muka atau suatu
dinding vertical. Untuk menentukan Creep Line, maka dapat dicari dengan rumus
atau teori :
o Teori Bligh
Menyatakan
bahwa besarnya perbedaan tekanan di jalur pengaliran adalah sebanding dengan
panjang jalan Creep Line.
o Teori Lane
Teori
Lane ini memberikan koreksi terhadap teori Bligh, bahwa energi yang diperlukan
oleh air untuk mengalir ke arah vertical lebih besar daripada arah horizontal
dengan perbandingan 3:1.
• Menentukan Stabilitas Bendung
Untuk
mengetahui kekuatan bendung, sehingga konstruksi bendung sesuai dengan yang
direncanakan dan memenuhi syarat yang telah ditentukan. Stabilitas bendung
ditentukan oleh gaya – gaya yang bekerja pada bendung, seperti:
o Gaya
berat;
o Gaya gempa;
o Tekanan Lumpur;
o Gaya hidrostatis;
o Gaya Uplift Pressure (Gaya Angkat).
• Perencanaan Pintu
o Gaya gempa;
o Tekanan Lumpur;
o Gaya hidrostatis;
o Gaya Uplift Pressure (Gaya Angkat).
• Perencanaan Pintu
Perencanaan
pintu berfungsi mengatur banyaknya air yang masuk ke saluran dan mencegah
masuknya benda-benda padat dan kasar ke dalam saluran (pintu pengambilan atau
intake gate). Pada bendung tempat pengambilan bisa terdiri dari 2 pintu yaitu
kanan dan kiri, bisa juga hanya satu tergantung letak daerah yang akan dialiri.
Tinggi ambang tergantung pada material yang terbawa oleh sungai. Ambang makin
tinggi makin baik, untuk mencegah masuknya benda padat dan kasar ke saluran,
tapi tinggi ini ditentukan atau dibatasi oleh ukuran pintu. Pada waktu banjir,
pintu pengambilan cukup ditutup untuk mencegah masuknya benda kasar ke saluran.
Penutupan pintu tidak berakibat apa apa karena saat banjir di sungai biaanya
tidak lama. Maka yang dianggap air normal pada sungai adalah setinggi mercu.
Ukuran pintu ditentukan dari segi praktis dan estetika. Lebar pintu biasanya
maksimal 2 m untuk pintu dari kayu. Jika terdapat ukuran yang lebih besar dari
2 m, harus dibuat lebih dari satu pintu dengan pilar-pilar diantaranya.
• Pintu Penguras
Lebar
pintu penguras biasanya diambil dari 1/10 lebar bendung (B), sedangkan pada
saat banjir pintu penguras ditutup. Bila banjir lewat di atas pintu, maka
tinggi pintu penguras harus setinggi mercu bendung. Oleh karena itu, tebal
pintu juga harus diperhitungkan untuk tinggi air setinggi air banjir.
Stabilitas Bendung
Stabilitas suatu bendung harus memenuhi syarat – syarat konstruksi dari bendung, antara lain:
• Bendung harus stabil dan mampu menahan tekanan air pada waktu banjir;
• Bendung harus dapat menahan bocoran yang disebabkan oleh aliran sungai dan aliran air yang meresap di dalam tanah;
• Bendung harus diperhitungkan terhadap daya dukung tanah di bawahnya;
• Tinggi ambang bendung atau crest level harus dapat memenuhi tinggi muka air minimum yang diperlukan untuk seluruh daerah irigasi;
• Peluap harus berbentuk sedemikian rupa agar air dapat membawa pasir, kerikil, dan batu – batuan dan tidak menimbulkan kerusakan pada puncak ambang.
![https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjbiHA25GamDmhfrCqG5EjB0wPe8Gf09UeZVEVPwPKtin8zg5y4KFf7vcD1wJq6o-O_17rAjZ6YjLsHnwil1JsEwVttuwhAZ1egH4jG_h3qXPtOtC8o1FF-aWqsVtSfndJDz6t3aqgbFgY/s320/CIMG1055.JPG](file:///C:%5CUsers%5CUSER7%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_image006.jpg)
Tipe-Tipe
Mercu Bendung
• Tipe Mercu Bulat
• Tipe Mercu Bulat
Untuk
bendung dengan mercu bulat memiliki harga koefisien debit yang jauh lebih
tinggi (44%) dibandingkan koefisien bendung ambang lebar. Pada sungai – sungai,
type ini banyak memberikan keuntungan karena akan mengurangi tinggi muka air
hulu selama banjir. Harga koefisien debit menjadi lebih tinggi karena lengkung
stream line dan tekanan negatif pada mercu. Untuk bendung dengan 2 jari – jari
hilir akan digunakan untuk menemukan harga koefisien debit.
• Tipe Mercu Ogee
Bentuk
mercu type Ogee ini adalah tirai luapan bawah dari bendung ambang tajam aerasi.
Sehingga mercu ini tidak akan memberikan tekanan sub atmosfer pada permukaan
mercu sewaktu bendung mengalirkan air pada debit rencananya. Untuk bagian hulu
mercu bervariasi sesuai dengan kemiringan permukaan hilir. Salah satu alasan
dalam perencanaan digunakan Tipe Ogee adalah karena tanah disepanjang kolam
olak, tanah berada dalam keadaan baik, maka tipe mercu yang cocok adalah tipe
mercu ogee karena memerlukan lantai muka untuk menahan penggerusan, digunakan
tumpukan batu sepanjang kolam olak sehingga dapat lebih hemat.
• Tipe Mercu Vlughter
Tipe ini digunakan pada tanah
dasar aluvial dengan kondisi sungai tidak membawa batuan-batuan besar. Tipe ini
banyak dipakai di Indonesia.
• Tipe Mercu Schoklitsch
Tipe ini merupakan modifikasi
dari tipe Vlughter terlalu besar yang mengakibatkan galian atau koperan yang
sangat besar.
Tipe-Tipe Mercu Bendung
Mercu
bendung adalah bagian dari bendung yang berfungsi untuk mengatur tinggi air
minimum, melewatkan debit banjir dan untuk membatasi tinggi genangan yang akan
terjadi di udik bendung. Tipe-tipe mercu bendung antara lain :
1. Tipe
Mercu Bulat
Untuk
bendung dengan mercu bulat memiliki harga koefisien debit yang jauh lebih
tinggi (44%) dibandingkan koefisien bendung ambang lebar. Tipe ini banyak
memberikan keuntungan karena akan mengurangi tinggi muka air hulu selama
banjir. Harga koefisien debit menjadi lebih tinggi karena lengkung stream line dan tekanan negatif pada mercu. Untuk bendung dengan 2 jari-jari hilir akan digunakan untuk menemukan harga koefisien debit.
banjir. Harga koefisien debit menjadi lebih tinggi karena lengkung stream line dan tekanan negatif pada mercu. Untuk bendung dengan 2 jari-jari hilir akan digunakan untuk menemukan harga koefisien debit.
2. Tipe
Mercu Ogee
Bentuk mercu type ogee ini adalah
tirai luapan bawah dari bendung ambang tajam aerasi. Sehingga mercu ini tidak
akan memberikan tekanan sub atmosfer pada permukaan mercu sewaktu bendung
mengalirkan air pada debit rencananya. Untuk bagian hulu mercu bervariasi
sesuai dengan kemiringan permukaan hilir. Salah satu alasan dalam perencanaan
digunakan tipe ogee adalah karena tanah disepanjang kolam olak, tanah berada
dalam keadaan baik, maka tipe mercu yang cocok adalah tipe mercu ogee karena
memerlukan lantai muka untuk menahan penggerusan, digunakan tumpukan batu
sepanjang kolam olak sehingga lebih hemat.
3. Tipe
Mercu Vlughter
Tipe ini digunakan pada tanah
dasar aluvial dengan kondisi sungai tidak membawa batuan-batuan besar. Tipe ini
banyak dipakai di Indonesia.
4. Tipe
Mercu Schoklitsch
Tipe ini merupakan modifikasi dari tipe vlughter terlalu besar yang mengakibatkan galian atau koperan yang sangat besar.
Tipe ini merupakan modifikasi dari tipe vlughter terlalu besar yang mengakibatkan galian atau koperan yang sangat besar.
Komentar
Posting Komentar