MAKALAH PANTAI
BAB
I
PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 abrasi
adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang
bersifat merusak yang dipicu oleh terganggunya keseimbangan alam daerah pantai
tersebut. Seorang ahli perubahan iklim dari institut Teknologi Bandung (ITB)
Dr. Armi Susandi (2011) menyatakan bahwa ia meramalkan pada 2050 nanti 24
persen wilayah Jakarta akan terendam air laut secara permanen.
Seperti diketahui, Indonesia sebagai negara kepulauan
tentunya tidak lepas dengan garis pantai, Indonesia sendiri memiliki garis
pantai terpanjang keempat di dunia setelah Kanada, Amerika Serikat dan Rusia,
garis pantai Indonesia sendiri sepanjang 95.181 kilometer. Namun sebanyak 20
persen dari garis pantai di sepanjang wilayah Indonesia dilaporkan mengalami
kerusakan, tentunya kerusakan ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain
perubahan lingkungan dan abrasi pantai.
Air laut tidak pernah diam. Air laut bergelombang di
permukaannya, kadang-kadang besar kadang-kadang kecil, tergantung pada
kecepatan angin dan kedalaman dasar lautnya. Semakin dalam dasar lautnya makin
besar gelombangnya. Gelombang mempunyai kemampuan untuk mengikis pantai. Akibat
pengikisan ini banyak pantai yang menjadi curam dan terjal. Tetapi kerusakan
atau kerugian yang diakibatkan abrasi bisa diperkecil degan cara tetap menjaga
kelestarian hutan mangrove di sekitar pantai.
Akan tetapi, kerusakan lingkungan pantai semakin
bertambah seiring dengan berjalannya waktu. Hutan-hutan mangrove yang dulunya
menghiasi pesisir pantai, kini telah dibabat habis oleh manusia karena
keserakahannya untuk memperkaya diri dengan membangun sarana wisata dan
rekreasi, seperti hotel dan lainnya. Dari
total 9,4 juta hektare tanaman mangrove yang ada di Indonesia, sesuai dengan
data Departemen Kehutanan RI pada 2006, sekitar 70 persennya rusak.
Oleh karena itu, kasus yang sering kita jumpai belakangan
ini adalah masalah abrasi pantai yang semakin parah akibatnya. Abrasi pantai
ini terjadi hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Masalah ini harus segera
diatasi karena dapat mengakibatkan kerugian yang sangat besar bagi makhluk
hidup, tidak terkecuali manusia.
Abrasi pantai tidak hanya membuat garis-garis pantai
menjadi semakin sempit, tapi bila dibiarkan begitu saja akibatnya bisa menjadi
lebih berbahaya. Seperti kita ketahui, negara kita Indonesia sangat terkenal
dengan keindahan pantainya. Setiap tahun banyak wisatawan dari mancanegara
berdatangan ke Indonesia untuk menikmati panorama pantainya yang sangat indah.
Apabila pantai sudah mengalami abrasi, maka tidak akan ada lagi wisatawan yang
datang untuk mengunjunginya. Hal ini tentunya sedikit banyak akan mempengaruhi
perekonomian di Indonesia karena secara otomatis devisa negara dari sektor
pariwisata akan mengalami penurunan. Selain itu, sarana pariwisata seperti
hotel, restoran, dan juga kafe-kafe yang terdapat di areal pantai juga akan
mengalami kerusakan yang akan mengakibatkan kerugian material yang tidak
sedikit. Demikian juga dengan pemukiman penduduk yang berada di
areal pantai tersebut. Banyak penduduk yang akan kehilangan tempat tinggalnya
akibat rumah mereka terkena dampak dari abrasi.
Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa dampak dari
abrasi sangat berbahaya. Untuk itu penulis akan
mencoba menjelaskan lebih lanjut mengenai apa itu abrasi, penyebab abrasi,
bagaimana solusi untuk menanggulanginya, dan Solusi pengurangan Abrasi Pantai
Galesong adalah Breakwater.
2. Rumusan
Masalah
Adapun berdasarkan dari latar belakang di atas dapat
disimpulkan:
1. Apa saja yang
menyebabkan terjadinya abrasi?
2.
Apa dampak abrasi terhadap kehidupan?
3. Bagaimana upaya
untuk mengurangi kerusakan yang ditimbulkan abrasi?
4. Solusi
pengurangan Abrasi Pantai Galesong adalah Breakwater.
3. Tujuan
Melalui makalah ini, pembaca diharapkan
dapat:
1. Mengetahui
penyebab abrasi.
2. Mengetahui
dampak-dampak abrasi terhadap kehidupan.
3. Mengetahui
upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi ataupun menghambat kerusakan yang
ditimbulkan abrasi.
4. Breakwater merupakan
penggulangan/penahan Abrasi pantai Galesong dan sebagai tempat tambatan perahu
para nelayan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Abrasi dan Penyebab
Abrasi
Abrasi adalah
proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat
merusak. Abrasi biasanya disebut juga erosi pantai. Kerusakan garis pantai akibat abrasi ini
dipacu oleh terganggunya keseimbangan alam daerah pantai tersebut.
Walaupun abrasi bisa disebabkan oleh
gejala alami, namun manusia sering
disebut sebagai penyebab utama abrasi. Abrasi disebabkan oleh naiknya permukaan
air laut di seluruh dunia karena mencairnya lapisan es di daerah kutub
bumi. Mencairnya lapisan es ini merupakan dampak dari pemanasan
global yang terjadi belakangan ini. Seperti yang kita ketahui, pemanasan
global terjadi karena gas-gas CO2 yang berasal dari asap pabrik
maupun dari gas buangan kendaraan bermotor menghalangi keluarnya gelombang
panas dari matahari yang dipantulkan oleh bumi sehingga panas tersebut
akan tetap terperangkap di dalam atmosfer bumi dan mengakibatkan suhu di
permukaan bumi meningkat. Suhu di kutub juga akan meningkat dan
membuat es di kutub mencair, air lelehan es itu mengakibatkan permukaan air di
seluruh dunia akan mengalami peningkatan dan akan menggerus daerah yang
permukaannya rendah. Hal ini menunjukkan bahwa terjadinya abrasi sangat erat
kaitannya dengan pencemaran lingkungan.
Masih banyak daerah yang mengalami
abrasi dengan tingkat yang tergolong parah. Apabila hal ini tidak
ditindaklanjuti secara serius, maka dikhawatirkan dalam waktu yang tidak
lama beberapa pulau yang permukaannya rendah akan tenggelam”.
Abrasi pantai
diakibatkan oleh dua faktor utama yang disebabkan oleh aktivitas manusia,
yaitu:
1. Peningkatan
permukaan air laut yang diakibatkan oleh mencairnya es di daerah kutub sebagai
akibat pemanasan global.
2. Hilangnya
vegetasi mangrove (hutan bakau) di pesisir pantai. Sebagaimana diketahui,
akar-akar mangrove yang ditanam di pinggiran pantai mampu menahan ombak
sehingga menghambat terjadinya pengikisan pantai. Sayangnya, hutan bakau ini
banyak yang telah dirusak oleh manusia melalui proses
penebangan. Kerapatan pohon yang rendah pada pesisir pantai memperbesar
peluang terjadinya abrasi.
3. Penambangan
pasir sangat berperan banyak terhadap abrasi pantai, baik di daerah tempat
penambangan pasir maupun di daerah sekitarnya karena terkurasnya pasir laut
akan sangat berpengaruh terhadap kecepatan dan arah arus laut yang menghantam
pantai.
4. Perusakan
karang pantai juga merupakan salah satu penyebabnya karena penggalian karang
menyebabkan pertambahan kedalaman perairan dangkal yang semula berfungsi
meredam energi gelombang, akibatnya gelombang sampai ke pantai dengan energi
yang cukup besar.
5. Pendirian
bangunan yang melewati garis pantai sehingga pasir atau tanah di sekitar pantai
menjadi tidak kuat.
Selain itu dapat juga diakibatkan oleh faktor alam, seperti:
a. Angin yang
bertiup di atas lautan yang menimbulkan gelombang dan arus laut sehingga
mempunyai kekuatan untuk mengikis daerah pantai. Gelombang yang tiba di pantai
dapat menggetarkan tanah atau batuan yang lama kelamaan akan terlepas dari
daratan.
b.
Selain itu, tsunami juga merupakan
salah satu faktor. Rusaknya bibir pantai di perairan Indonesia akibat abrasi
itu tidak terlepas dari geologi, kekuatan ombak laut serta pusaran angin.
c. Proses
fragmentasi sedimen juga merupakan penyebab abrasi karena butiran pasir atau
sedimen kasar lambat laun akan mengalami proses fragmentasi menjadi butiran
halus yang lebih mudah terbawa oleh arus dan ombak”.
Jadi,
berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa abrasi disebabkan oleh 2
faktor utama, yaitu faktor alam dan faktor buatan di mana manusialah yang
paling mempengaruhi terjadinya abrasi ini melalui berbagai aktivitas khususnya
pembangunan yang tidak memperhatikan kondisi lingkungan untuk mencari keuntungan
pribadi.
B. Dampak Abrasi terhadap Kehidupan
1. Dampak Abrasi
Menurut
Muhammad Arsyad (2012) menyatakan: “abrasi tentu sangat berdampak terhadap
kehidupan.Pada umumnya abrasi lebih banyak memiliki dampak negatif dibandingkan
dampak positif. Dampak negatif yang dihasilkan dari abrasi juga sangat
merugikan lingkungan khususnya manusia. Berikut ini akan dipaparkan bukti-bukti
kerugian yang diakibatkan abrasi.
a) Air laut tidak
pernah diam. Air laut bergelombang di permukaannya, kadang-kadang besar
kadang-kadang kecil, tergantung pada kecepatan angin dan kedalaman dasar
lautnya. Semakin dalam dasar lautnya makin besar gelombangnya. Gelombang
mempunyai kemampuan untuk mengikis pantai. Akibat pengikisan ini banyak pantai
yang menjadi curam dan terjal.
b) Penyusutan lebar
pantai sehingga menyempitnya lahan bagi penduduk yang tinggal di pinggir
pantai.
c) Kerusakan hutan
bakau di sepanjang pantai karena terpaan ombak yang didorong angin kencang
begitu besar.
d) Kehilangan
tempat berkumpulnya ikan-ikan perairan pantai karena terkikisnya hutan bakau.
e) Apabila
pantai sudah mengalami abrasi, maka tidak akan ada lagi wisatawan yang datang
untuk mengunjunginya. Hal ini tentunya sedikit banyak akan mempengaruhi
perekonomian di Indonesia karena secara otomatis devisa negara dari sektor pariwisata
akan mengalami penurunan. Selain itu, sarana pariwisata seperti hotel,
restoran, dan juga kafe-kafe yang terdapat di areal pantai juga akan mengalami
kerusakan yang akan mengakibatkan kerugian material yang tidak sedikit.
f)
Pemukiman penduduk yang berada di areal
pantai akan kehilangan tempat tinggalnya akibat rumah mereka terkena dampak
dari abrasi.
g)
Kemungkinan dalam beberapa tahun
ke depan luas pulau-pulau di Indonesia banyak yang akan berkurang dan
banyak pulau yang akan tenggelam.
h)
Dalam beberapa tahun terakhir garis
pantai di beberapa daerah di Indonesia mengalami penyempitan yang cukup
memprihatinkan. Di beberapa daerah abrasi pantai dinilai belum pada kondisi
yang membahayakan keselamatan warga setempat, namun bila hal itu dibiarkan
berlangsung, dikhawatirkan dapat menghambat pengembangan potensi kelautan di
daerah tersebut secara keseluruhan, baik pengembangan hasil produksi perikanan
maupun pemanfaatan sumber daya kelautan lainnya.
i)
Pantai yang indah dan menjadi tujuan
wisata menjadi rusak. Pemukiman warga dan tambak tergerus hingga menjadi laut.
Tidak sedikit warga di pesisir pantai yang telah direlokasi gara-gara abrasi
pantai ini”.
Jadi berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa abrasi sangat berdampak terhadap kehidupan. Dibandingkan
dengan dampak positif, abrasi lebih banyak dampak negatif yang mana dampak
negatif ini sangat merugikan manusia, lingkungan, dan aktivitas manusia itu
sendiri. Tidak hanya itu, wilayah negara kita, Indonesia juga semakin
menyempit. Ironisnya, semua dampak ini sebagian besar disebabkan oleh manusia.
2. Kasus-Kasus
Merugikan oleh Abrasi
Pantai Galesong merupakan daerah yang
mengalami kerusakan dan penyempitan lingkungan karena abrasi.
Menurut Antara News
(2013) mengabarkan: Pantai
Galesong terancam tenggelam akibat terkikis abrasi laut
sehingga luasnya terus berkurang. sebelumnya masih ditumbuhi
pohon-pohon, namun selama gelombang tinggi pohon itu habis digerus ombak.
![]() |
Daerah ini terkena abrasi pantai terutama pada musim barat (bulan 12 – bulan 1)
Apabila tidak
diatasi, lama kelamaan daerah-daerah yang permukaannya rendah akan
tenggelam. Pantai yang indah dan menjadi tujuan wisata menjadi rusak. Pemukiman
warga dan tambak tergerus hingga menjadi laut. Tidak sedikit warga di pesisir
pantai yang telah direlokasi gara-gara
abrasi pantai ini. Abrasi pantai juga berpotensi menenggelamkan beberapa pulau
kecil di perairan Indonesia”.
C.
Upaya Mengurangi Kerusakan yang Ditimbulkan Abrasi
Abrasi tidak mungkin bisa dicegah karena setiap hari air laut terus
bergerak dan anginpun tak berhenti berhembus. Oleh karena itu, kita sebagai
manusia hanya bisa mengurangi, menghambat, atau memperkecil kerusakan yang
diakibatkan oleh abrasi.
Ada beberapa
hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi (paling tidak menghambat) masalah
abrasi pantai ini menurut Islahudin (2012), yaitu:
Pengamanan keras dilakukan dengan
5 cara, yaitu:
1) Seawall
(dinding), hampir serupa dengan revetment, yaitu dibuat sejajar pantai tapi
seawall memiliki dinding relatif tegak atau lengkung. Seawall pada umumnya
dibuat dari konstruksi padat seperti beton, turap baja atau kayu, pasangan batu
atau pipa beton sehingga seawall tidak meredam energi gelombang, tetapi
gelombang yang memukul permukaan seawall akan dipantulkan kembali dan
menyebabkan gerusan pada bagian tumitnya.
2) Pemecah
Gelombang(Breakwater) Sejajar
Pantai, dibuat terpisah ke arah lepas pantai, tetapi masih di dalam zona
gelombang pecah (breaking zone). Bagian sisi luar pemecah gelombang memberikan
perlindungan dengan meredam energi gelombang sehingga gelombang dan arus di
belakangnya dapat dikurangi. Pantai di belakang struktur akan stabil dengan
terbentuknya endapan sedimen. Pencegahan abrasi dengan membangun pemecah
gelombang buatan di sekitar pantai dengan maksud untuk mengurangi abrasi yang
terjadi tanpa dibarengi dengan usaha konservasi ekosistem pantai (seperti
penanaman bakau dan/atau konservasi terumbu karang).
Akibatnya,
dalam beberapa tahun kemudian abrasi kembali terjadi karena pemecah gelombang
buatan tersebut tidak mampu terus-menerus menahan terjangan gelombang laut.
Namun, sering kali pengalaman tersebut tidak dijadikan pelajaran dalam
menetapkan kebijakan selanjutnya dalam upaya mencegah ataupun mengatasi abrasi.
Yang sering terjadi di lapangan ketika pemecah gelombang telah rusak adalah
pemerintah setempat membangun pemecah geombang buatan lagi dan tanpa dibarengi
dengan penanaman bakau atau konservasi terumbu karang yang rusak. Hal tersebut
seakan-akan menjadi suatu rutinitas yang bila dipikir lebih jauh, tentunya hal
tersebut akan berimbas terhadap dana yang harus dikeluarkan daerah setempat.
Seandainya,
dalam mengatasi abrasi tersebut kebijakan yang diambil pemerintah yaitu dengan
membangun pemecah gelombang buatan (pada awal usaha mengatasi abrasi atau jika
kondisi abrasi benar-benar parah dan diperlukan tindakan super cepat) dengan
dibarengi penanaman bakau di sekitar daerah yang terkena abrasi atau bahkan
bila memungkinkan dibarengi pula dengan konservasi terumbu karang, tentunya pemerintah
setempat tidak perlu secara berkala terus menerus membangun pemecah gelombang
yang menghabiskan dana yang tidak sedikit. Hal ini dikarenakan dalam beberapa
tahun sejak penanaman, tanaman-tanaman bakau tersebut sudah cukup untuk
mengatasi atau mengurangi abrasi yang terjadi.
Pemecah gelombang atau dikenal sebagai
Pemecah
ombak atau bahasa Inggris breakwater adalah
prasanana yang dibangun untuk memecahkan ombak / gelombang, dengan
menyerap sebagian energi gelombang. Dan ada berpendapat juga pemecah
ombak / breakwater adalah bangunan yang dibangun yang dibuat sejajar pantai dan
berada pada jarak tertentu dari garis pantai (bangunan lepas pantai). Pemecah
gelombang digunakan untuk mengendalikan abrasi yang
menggerus garis
pantai dan untuk menenangkan gelombang dipelabuhan
sehingga kapal dapat merapat dipelabuhan dengan lebih mudah dan cepat.
![](file:///C:%5CUsers%5CUSER7%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_image004.gif)
Gambar
rencana
Pemecah
gelombang harus didesain sedemikian sehingga arus laut tidak menyebabkan
pendangkalan karena pasir yang ikut
dalam arus mengendap di kolam pelabuhan. Bila hal ini
terjadi maka pelabuhan perlu dikeruk secara reguler.
Mencegah
dan Mengatasi Abrasi pantai di Indonesia Mencegah dan Mengatasi Abrasi pantai
di Indonesia Banyak diantara pantai-pantai di Indonesia yang mengalami abrasi,
mulai dari yang tingkat abrasinya rendah, sedang, sampai yang tingkat abrasinya
parah/tinggi. Dalam upaya mengatasi abrasi ini sudah saatnya bagi kita untuk
memikirkan cara-cara dan melakukan tindakan yang berwawasan konservasi, tidak
lagi hanya dengan melakukan upaya yang sifatnya sementara saja. Pencegahan
ataupun penanggulangan abrasi dengan berwawasan konservasi ini tentunya akan
memberikan berbagai keuntungan bagi lingkungan (alam) yang akan membawa banyak
imbas positif dalam kehidupan manusia. Salah satu cara mencegah ataupun
mengatasi abrasi yaitu dengan cara penanaman bakau. Sebenarnya telah banyak
orang yang mengetahui fungsi dan kegunaan hutan bakau bagi lingkungan. Namun dalam
prakteknya di lapangan, masih banyak pula yang belum memanfaatkan hutan bakau
sebagai sarana untuk mencegah atau mengatasi abrasi. Yang sering terlihat,
dalam usaha mengatasi abrasi di daerah pantai, pemerintah di beberapa daerah
melakukan kebijakan pencegahan abrasi dengan membangun pemecah gelombang buatan
di sekitar pantai dengan maksud untuk mengurangi abrasi yang terjadi tanpa
dibarengi dengan usaha konservasi ekosistem pantai (seperti penanaman bakau
dan/atau konservasi terumbu karang). Akibatnya dalam beberapa tahun kemudian
abrasi kembali terjadi karena pemecah gelombang buatan tersebut tidak mampu
terus-menerus menahan terjangan gelombang laut. Namun payahnya, seringkali
pengalaman tersebut tidak dijadikan pelajaran dalam menetapkan kebijakan selanjutnya
dalam upaya mencegah ataupun mengatasi abrasi. Yang sering terjadi di lapangan,
ketika pemecah gelombang telah rusak, lagi-lagi pemerintah setempat membangun
pemecah geombang buatan dan lagi-lagi tanpa dibarengi dengan penanaman bakau
atau konservasi terumbu karang yang rusak. Hal tersebut seakan-akan menjadi
suatu rutinitas yang bila difikir lebih jauh, tetunya hal tersebut akan
berimbas terhadap dana yang harus dikeluarkan daerah setempat. Seandainya,
dalam mengatasi abrasi tersebut kebijakan yang diambil pemerintah yaitu dengan
membangun pemecah gelombang buatan (pada awal usaha mengatasi abrasi atau jika
kondisi abrasi benar-benar parah dan diperlukan tindakan super cepat) dengan
dibarengi penanaman bakau di sekitar daerah yang terkena abrasi atau bahkan
bila memungkinkan dibarengi pula dengan konservasi terumbu karang, tentunya
pemerintah setempat tidak perlu secara berkala terus menerus membangun pemecah
gelombang yang menghabiskan dana yang tidak sedikit. Hal ini dikarenakan dalam
beberapa tahun sejak penanaman, tanaman-tanaman bakau tersebut sudah cukup
untuk mengatasi atau mengurangi abrasi yang terjadi. Selain mencegah atau
mengatasi abrasi, hutan bakau dapat membawa keuntungan-keuntungan lebih
daripada hanya sekedar membangun pemecah gelombang buatan.
![]() |
Proses pengerjaan
Breakwater
(Pemecah Gelombang) Breakwater adalah pemecah gelombang yang ditempatkan secara
terpisah-pisah pada jarak tertentu dari garis pantai dengan posisi sejajar
pantai. Struktur pemecah gelombang ini dimaksudkan untuk melindungi pantai dari
hantaman gelombang yang datang dari arah lepas pantai (Triatmodjo, 1999).
Prinsip kerja dari breakwater adalah dengan memanfaatkan difraksi gelombang.
Akibat adanya difraksi gelombang akan menimbulkan pengaruh terhadap angkutan
sedimen yang dibawa, salah satunya dengan terbentuknya tombolo di belakang
posisi breakwater. Penentuan panjang breakwater didasarkan pada tujuan
pembentukan garis pantai yang diinginkan, yaitu tombolo atau salient. Tombolo
adalah sedimentasi yang terbentuk tepat di belakang bangunan breakwater.
Tombolo terjadi apabila jarak antara pemecah gelombang dengan garis pantai
lebih kecil dibandingkan panjang pemecah gelombang. Sedangkan salient adalah
sedimentasi yang terbentuk pada garis pantai. Berikut ini adalah beberapa
kondisi penempatan pemecah gelombang terhadap garis pantai dan ukuran pokok
untuk pembentukan tombolo atau salient.
![](file:///C:%5CUsers%5CUSER7%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_image008.jpg)
Pekerjaan sudah selesai
Breakwater
memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai berikut :
a) Kelebihan
(Triatmodjo, 1999):
·
Tidak dibangun sepanjang garis pantai
yang akan dilindungi sehingga volume bahan yang lebih sedikit..
·
Berfungsi juga untuk mengurangi
ketinggian dan meredam energy gelombang.
·
Berfungsi untuk menahan laju sedimen ke
arah laut
b) Kelemahan
(Triatmodjo, 1999):
·
Proses pembangunan relatif lebih sulit
dikarenakan pembangunan dilakukan terpisah dari pantai sehingga membutuhkan
teknik khusus guna menempatkan peralatan konstruksi.
·
Membutuhkan waktu agar dapat bekerja
sesuai dengan fungsinya karena harus menunggu terjadinya tombolo/salient.
·
Merupakan konstruksi berat sehingga
biaya pembangunannya mahal.
Karena
biayanya yang mahal, konstruksi ini jarang digunakan untuk perlindungan pantai.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun
berdasarkan pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan:
·
Abrasi dan pencemaran pantai merupakan
masalah pelik yang dihadapi oleh masyarakat. Abrasi
diakibatkan oleh 2 faktor, baik faktor alam (angin selalu berhembus
menyebabkan air laut terus bergerak sehingga perlahan-lahan mengikis daratan
atupun oleh bencana alam) maupun manusia(pembabatan hutan bakau, perusakan
terumbu karang, penggalian pasir).
·
Dampak yang diakibatkan oleh
abrasi ini sangat besar. Garis pantai akan semakin menyempit dan apabila tidak
diatasi lama kelamaan daerah-daerah yang permukaannya
rendah akan tenggelam. Ada banyak sekali pulau-pulau
kecil di Indonesia yang tenggelam dan menghilang dikarenakan abrasi. Bahkan,
diprediksikan beberapa tahun mendatang Indonesia akan kehilangan ribuan pulau
karena abrasi.
·
Kita dapat mengurangi atau memperkecil
dampak negatif dari abrasidengan melakukan
beberapa cara, seperti membangun alat pemecah ombak dan menanam pohon
bakau di pinggir pantai. Alat pemecah ombak dapat menahan laju ombak dan
memecahkan gelombang air sehingga kekuatan ombak saat mencapai bibir pantai
akan berkurang. Demikian juga dengan pohon bakau yang ditanam di pinggiran
pantai. Akar-akarnya yang kokoh dapat menahan kekuatan ombak agar tidak
mengikis pantai.
·
Masalah abrasi maupun pencemaran
lingkungan ini sangat sulit untuk diatasi karena kurangnya kesadaran masyarakat
akan lingkungannya. Masih banyak orang yang membuang sampah pada sembarang
tempat yang nantinya dapat mencemari lingkungan. Masih
banyak pula pihak-pihak tertentu yang melakukan pembangunan suatu daerah tanpa
memperhatikan kelestarian lingkungan, termasuk daerah pesisir.
·
Permasalahan ini harus diselesaikan
bukan hanya oleh pemerintah, tapi juga memerlukan partisipasi dari masyarakat. Niscaya,
tanpa adanya kesadaran masyarakat untuk menjaga dan melestarikan lingkungan,
baik darat maupun laut, Indonesia akan kehilangan lebih banyak pulau dan bukan
tidak mungkin pulau-pulau besar pun akan turut tenggelam.
B. Saran
·
Setelah penulis mengulas permasalahan
di atas, penulis ingin menyarankan kepada pembaca khususnya masyarakat pada umumnya
untuk mengambil peran dalam mengatasi masalah abrasi dan
pencemaran pantai karena usaha dari pemerintah saja tidak cukup berarti tanpa
bantuan dari masyarakat. Disarankan juga agar pemerintah lebih menindak
tegas oknum-oknum yang terlibat dalam kegiatan yang tidak memperhatikan
lingkungan.
·
Pembangunan alat pemecah ombak harus
segera dilakukan agar abrasi yang terjadi di beberapa daerah tidak bertambah
parah. Bagi para pemilik pabrik maupun usaha apapun yang ada di sekitar
pantai agar tidak membuang limbah atau sampah ke laut. Mereka harus menyediakan
sarana kebersihan agar limbah atau sampah yang mereka hasilkan tidak mencemari
pantai. Karena pantai yang tercemar akan sulit dipulihkan
lagi (sulit ditumbuhi tumbuhan).
·
Demikianlah saran-saran yang dapat penulis sampaikan. Semoga apa yang
telah penulis sampaikan dapat menambah
pengetahuan bagi masyarakat agar mau menjaga keasrian dan kebersihan lingkungan.
Semua orang harus ikut berperan serta dalam menanggulangi masalahabrasi ini agar
tidak ada lagi pulau-pulau yang dikabarkan telah menghilang (tenggelam).
DAFTAR PUSTAKA
Aditya, Harri Pratama. 2009. Dua Pulau di Enggano Tenggelam, Luas
Indonesia Menyusut, www.tempo.com. Diunduh pada 9 Agustus 2013.
Arsyad, Muhammad.
2013. Kerusakan Lingkungan Pesisir Pantai,arsyadmoon1.blogspot.com. Diunduh pada
9 Agustus 2013.
Endah, Alam.
2009. Abrasi Rusak 40 Prosen Pantai Indonesia,alamendah.org. Diunduh pada
9 Agustus 2013.
Indomaritim. 2013. Abrasi Pantai Ancam Daratan, indomaritimeinstitute.org. Diunduh pada 9 Agustus 2013.
Islahudin.
2012. Dua Pulau Ubi Tenggelam Sebelum Eksekusi,www.merdeka.com. Diunduh pada 9 Agustus 2013.
Lee, Eddy S.
2013. Jika Tidak Dikendalikan Abrasi Pantai Mengancam,archipeddy.com. Diunduh pada 6 Agustus 2013.
Komentar
Posting Komentar