HIDROLOGI


BAB I
KONSEP DASAR, TUJUAN DAN ANALISA HIDROLOGI.

1.1.      Definisi/Pengertian
Hidrologi adalah Ilmu yang mempelajari tentang terjadinya, pergerakan dan distribusi air di bumi, baik di atas, pada maupun dibawah permukaan bumi, tentang sifat physic, kimi air serta reaksinya terhadap lingkungan dan hubungan dengan kehidupan. Secara umum dapat dikatakan bahwa hidrologi adalah ilmu yang menyangkut masa Kuantitas dan Kualitas air di bumi, dapat dikategorikan menjadi 2 bagian :
1.      Hidrologi pemeliharaan/Operational Hyidrologie
Menyangkut pemasangan alat-alat ukur berikut penentuan jaringan stasiun pengamatannya, pengumpulan data Hidrologi (termasuk kegiatan pengamatan hidrologi), pengolahan data mentah dan publikasih data.
2.       Hidrologi Terapan/Applied Hyidrologie
(Ilmu terapan adalah ilmu yang langsung berhubungan dengan penggunaan hukum-hukum yang berlaku menurut ilmu-ilmu murni/pure science pada kejadian praktis dalam kehidupan)
Menyangkut analisa Hidrologi.

Contoh :
Pada kegiatan perencanaan reservoir yang bertujuan untuk mengendalikan banjir dan mengatasi kebutuhan air, tercakup beberapa step analisa hidrologi adalah :
-          Memperkirakan jumlah air permukaan yang tersediah.
-          Memperkirakan kehilangan air (akibat penguapan, rembesan dan sebagainya).
-          Memperkirakan kebutuhan air (domestic, pertanian, perindustrian).
-          Memperkirakan banjir rencana/design flood.
-          Memperkirakan kapasitas/volume reservoir dan tinggi M.A. max dalam reservoir.
Setelah itu baru di lanjutkan dengan perencanaan bangunan air yaitu :
-          Merencanakan bangunan pengendalian banjir.
-          Merencanakan bangunan drainase pada daerah perkotaan atau daerah aliran.
-          Merencanakan/menentukan bentuk dan ukuran konteruksi dan lain-lain.

1.2.       Ilmu-ilmu Penunjang Lain.
   Karena kompleksnya sistem sirkulasi air serta luasnya ruang lingkup kehidupan, maka di dalam melakukan analisa hidrologi diperlukan pula ilmu-ilmu pengetahuan lain seperti :
-       Meteorology. Mempelajari phenomena phisyk dari atmosphereyang termasuk dalam meteorology yakni tekanan gas, kelembaban nisbi, kejenuhan titik pengembunan titik baku. Temperatur (temperature bola basah dan temperature sesungguhnya).
-       Klimatologi. Membahas segala sesuatu yang berhubungan dengan cuaca termasuk interpretasi statistik record-record cuaca jangka panjang untuk mendapatkan harga rata-rata trend terhadap waktu, gambaran lokal dari cuaca perhitungan-perhitungan radiasi matahari, derajat hari, angin hujan, temperature, rata-rata bulanan serta harian, temperature max/min, penguapan.
-       Geografi Dan Agronomi. Untuk mengetahui ciri-ciri Fhysik dari permukaan bumi dan duni tumbuh-tumbuhan, yang besar pengaruhnya terhadap distribusi air hasil presipitasi setelah mencapai tanah dan penguapannya.
-       Geologi dan ilmuh tanah. Mempelajari komposisi dari gerak bumi yang berperanan pada distribusi air permukaan, air bawah permukaan dan air dalam tanah.
-       Hidrolika. Adalah ilmu (hukum) yang mempelajari gerak air beraturan dalam sistem sederhana.
-       Oceanografi Dan Limnologi. Berkaitan dengan laut dan danau.
-       Statistik Adalah ilmu yang mempelajari tentang teknik memproses data numerik menjadi informasi yang berguna dalam penelitian ilmiah, pengembalian keputusan dan sebagainya. Statistik di perlukan dalam menganalisa data Hidrologi.
1.3.       Persediaan Atau Jumlah Air Bumi
Dari uraian di atas jelas bagi kita ukuran peristiwa yang sedang di bahas. Tabel menyusun perkiraan jumlah air yang terlibat dalam siklus hidrologis dan proporsi (dalam persentase) dari total air bumi yang terlibat dalam setiap bagian siklus tersebut.
Dari 0.6% air total yang tersedia sebagai air tewar kira-kira setengahnya berada di dalam kedalaman 800 m dan praktis tidak ada di permukaan tanah. Ini berarti persediaan air tawar bumi di peroleh untuk penggunaan manusia kira-kira 4 Juta  dan terutama berada dalam tanah. Bila di sebut permukaan tanah air ini akan kira-kira 30 m dalamnya.


Tabel. Perkiraan Persediaan Air Bumi

Lokasi
Volume
( )


Persentase Total Air
Danau air tawar
Sungai
Lengas tanah
Air tanah
Danau air asin dan laut mati
Atmosfir
Tudung kutub es, sungai es dan salju
Laut dan lautan
            125
                 1.25
               65
         8.250
            105
               13
      29.200
1.320.000


0,62

0,008
0,001
2,1
97,25
Total
1. 360. 000
Atau 1,36 x  m3

100,0





Yang terutama di perhatikan oleh ahli hidrologi ada empat proses yaitu presipitasi, evaporasi dan transpirasi, aliran limpasan permukaan atau aliran sungai, dan aliran air tanah ia harus mampu menginterpirasi data tentang keempat hal di atas dan meramalkan hasil dari studinya mengenai kuantitas yang mungkin terjadi pada khasus banjir tertinggi dan kekeringan. Ia juga  harus mampu menyatakan pendapatnya tentang kemungkinan frekuensi sesuatu peristiwa yang akan terjadi, karena pada frekuensi nilai-nilai tertentu dari peristiwa ekstremlah kebanyakan desain teknik hidrolika di dasarkan.

1.4.        Uraian Tentang Daur Ulang Hidrologi Lengkap Dengan Gambarnya
1.      Intersepsi
2.      Evaporasi hujan yang sedang jatuh
3.      evapotranspirasi
4.      Transpirasi
5.      Awan dan uap air
6.      Evaporasi
7.      Evaporasi dari tanah
8.      Evaporasi dari sungai- sungai dan danau
9.      Evaporasi dari laut
10.  Pengamatan debit
11.  Pengamatan kualitas
12.   Pengamatan evaporasi
13.  Awan dan uap air di udara.
14.  Hujan
15.  Hujan es di danau
16.  Salju
17.  Limpasan permukaan
18.  Perkulasi air
19.  Alat ukur salju
20.  Alat ukur hujan
21.  Sumur pengamatan
22.  Air tanah
23.  Presipitasi
24.  Salju yang mencair
25.  Lain-lain
 























Jika terjadi sirkulasi yang kurang, maka kekurangan air ini harus di tambah dalam suatu usaha pemanfaatan air.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka berkembanglah ilmu Hidrologi, yakni ilmu yang mempelajari sirkulasi air itu, jadi dapat dikatakan, hidrologi adalah ilmu untuk mempelajari :
1.      Presipitasi (precipitation)
2.      Evaporasi dan transpirasi (evaporation)
3.      Aliran permukaan (surface stream flow) dan
4.      Air tanah (ground water)
Sirkulasi air/siklus Hidrologi dan Neraca Air (Water Balance)
Sirkulasi air hubungan-hubungannya secara singkat telah dilukis pada gambar 1-1 dalam proses sirkulasi air, penjelasan mengenai hubungan aliran kedalam (inflow) dan aliran kelur (outflow) di suatu daerah untuk suatu periode tertentu tersebut neraca air (water balance).
Umumnya terdapat hubungan keseimbangan sebagai berikut:
        P = D + E + G + M       ………………………..……………………(1.1)
Dimana :
 P  = presipitasi
D  = debit
E  = evaportranspirasi
G  = penambahan (supply)
M = penambahan kadar kelembaban tanah (moisture content)
Dalam hal-hal tertentu, berapa buah suku dalam persamaan 1.1 dapat di abaikan yang tergantung dari periode perhitungan deraca air atau sifat-sifat dari daerah itu. Jika periode perhitungan neraca di ambil 1 tahun dan daerah  yang di pelajari itu luas, maka mengingat variasi meteorology itu berulang dalam siklus 1 tahun, kadar kebasahan tanah itu juga berulang dalam siklus 1 tahun. Harga M dalam persamaan (1.1) akan menjadi Nol dan persamaan menjadi :
P = D + E + G           …………………………….…………………...…..(1.2)
Jika semua supply air tanah itu telah keluar kepermukaan di sebelah atas tempat pengukuran dan mengalir kebawah, maka persamaan neraca air tahunan menjadi :
P = D + E ……………………………………………………..(1.3)
Jika perhitungan neraca itu di adakan pada suatu daerah tertentu yang terbatas maka aliran kedalam (inflow) dan alikan keluar (out flow) dari D dan G kira-kira akan berbeda. Persamaan (1.1) menjadi :
P = (D2 + D1) + E + (G2 – G1) + H.Pa M     ……………………………..(1.4)
Dimana :
D1         = Air permukaan dari bagian hulu yang mengalir kedalam daerah yang di tinjau.
D2        = Air permukaan yang mengalir keluar dari daerah yang di tinjau kebagian hilir.
G1         =  Air tanah yang mengalir dari bagian hulu kedalam daerah yang di       tinjau.
G2         =  Air tanah yang mengalir keluar dari daerah yang di tinjau     kebagian hilir.
 H        = Perubahan/variasi muka air tanah rata-rata daerah yang di tinjau.
P2         = Laju menahan udara rata-rata (mean air holding rate) di bagian lapisan variasi air tanah.
Dalam persamaan ini, P, , , dan H dapat di ukur, , and  dapat di hitung dengan mengunakan pengukuran variasi muka air tanah.
M dan  adalah harga-harga yang di peroleh dari profil tanah pada titik-titik tertentu yang di pilih di daerah pengairan. Dalam perhitungan neraca air dipergunakan irigasi, variasi kuantatif berdasarkan faktor-faktor alamiah seperti presipitasi, pembekuan, evavorasi, transpirasi, aliran keluar (outflow) air permukaan tanah air tanah dll, beserta faktor-faktor buatan seperti pengambilan air untuk irigasi, drainase air kelebihan, jenis dan cara penanaman dan lain-lain harus di perinci dengan jelas.










1.5.       Penggunaan Hidrologi Dalam Merencanakan Teknik
           Bagi insinyur praktisi yang melibatkan diri dengan perencanaan dan pembangunan bangunan hidrolika, ilmu Hidrologi adalah sarana yang sangat di perlukan. Misalkan sebagai contoh, sebuah kota ingin meningkatkan atau memperbaiki penyediaan airnya. Tugas pertama dari seorang insinyur adalah mencapai sumber-sumber persediaan airnya, setelah menemukan suatu daerah tangkapan (catchment area)* pegunungan yang tidak ada penduduknya, ia harus membuat suatu perkiraan kemampuan persediaan airnya. Berapa banyak hujan  yang jatuh pada daerah itu? Apakah proyek suatu waduk penyimpanan air lebih baik dari pada abstraksi (penempaan). Aliran air tanah dari sumur-sumur yang terdekat ke kota?
Pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab tidak berhenti di situ saja. Jika sebuah dam akan dibangun, berapa kapasitas saluran limpah (spillway) yang mesti di buat? Berapa besar diameter pipa penyedia yang harus di sediakan? Apakah penghijauan daerah aliran akan menguntungkan pada proyek atau tidak?
Untuk semua pertanyaan ini dan banyak lagi yang lain yang mungkin timbul, maka ahli hidrologi harus mampu menyediakan jawabannya. Sering jawaban mereka berkualitas dan sering pula memberikan nilai-nilai kemungkinan/perkiraan, dengan kemungkinan adanya perbedaan-perbedaan dalam waktu tertentu. Hal ini di sebabkan karna hidrologi bukanlah ilmu eksakta. Seorang kontraktor boleh  jadi membangun sebuah bendungan elak (cofferdam) di sebuah sungai dan nilai-nila hidrologinya mungkin menjelaskan kepadanya bahwa, bila bendung elak tersebut di bangun pada suatu tinggi tertentu, bendung itu merupakan bangunan akan terlimpas, rata-rata skali dalam 100 tahun. Jika bendungan itu merupakan bangunan sementara yang di bangun mungkin hanya untuk 2 tahun pelayanan, konteraktor tadi mungkin menetapkan hal ini sebagai suatu resiko cakupan. Hal itu memang suatu resiko. Bolehjadi dalam 2 tahun tersebut akan terjadi banjir yang akan di ramaikan tadi, sekali dalam 100 tahun, dan hidrologi belum mampu meramalkan ini.
            Dalam bidang teknologidengan skala yang lebih besar, yang berkembang secara pasat, pengembangan sumber-smber air yang meliputi keseluruhan wilayah sungai dan geografis beleh jadi di pertimbangkan. Dalam hal-hal semacam ini peranan ahli hidrologi sangat lah penting. Dalam keadaan ini pandangan dan pengalaman seorang ahli hidrologi adalah takar-kritik tidak hanya dalam bidang bangunan teknik yang menyangkut penyediaan air, tetapi juga dalam bentuk dan luasnya pertanian yang akan dilaksanakan, di bidang pengoleksian indistri, jumlah penduduk yang di tunjang, di bidang navigasi pelayanan sungai dan danau di bidang pengembangan pelabuhan dan pemeliharaan kesenangan manusia.
Peradaban manusia khususnya sangat tergantung  pada persediaan air. Apabila kecenderungan berkembang perkembangan kota-kota besar dan peningkatan industrialisasi berlangsung terus, maka peranan ahli hidrologipun  akan bertambah penting dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan penduduk yang semakin padat akan air yakni untuk air minum, irigasi, industri dan pembangkit tenaga listrik.
1.6.       Pegukuran  Klimatologi
1.6.1.     Lay out stasiun klimatologi.
Selai pengukuran hujan, maka pengukuran radiasi mata hari, derajat hari, angin, temperature, kelembaban udara serta penguapan seringkali di butuhkan unutk mendapatkan gambaran lokal tentang cuaca di suatu daerah :
Di dalam suatu stasiun klimatologi sering di temui alat-alat pengukur cuaca seperti terlihat dalam gambar berikut ini.




Lay Out Stasiun Klimatologi








1.6.2.     Pengertian
1.      Penyinaran Matahari
Lamanya penyinaran matahari, sering di ukur dengan alat ukur sinar matahari Jordan. Lamanya penyinaran itu dapat diketahui, kerena sinar matahari yang masuk kealat melalui sebuah lubang yang kecil, tercatat pada sebuah kertas yang pekak dalam alat itu.
Jumlah jam selama matahari bersinar di sebut jam penynaran matahari. Jumlah jam penyinaran yang dapat terjadi dalam sehari adalah tetap yang tergantung pada musim dan jarak lintang kekutub. Perbandingan antara jumlah jam penyinaran yang dapat terjadi ini di sebut laju radiasi matahari. Makin besar harga perbandinga ini, makin baik keadaan cuaca.
2.      Temperatur Udara
Temperatur udara dicatatoleh termometer yang disimpang dalam kotak berkisi-kisi terbuka diketahui sebagau saringan Stevenson di pasang setinggi kira-kira 1,25 m dari permukaan tanah. Termometer ini perlu terlindung dari persipitasi dan cahaya langsung dari matahari.
Pada umumnya observasi temperatur dilakukan dengan menggunakan termometer maksimum dan minimum. Termometer-termometer ini mencatat temperatur maksimum dan minimum pada ½-3 jam sesudah matahari mencapai titik puncaknya, dan sesudah itu temperatur akan terus turun hingga malam hari sampai keesokan harinya lagi berdasarkan keadaan ini, observasi-observasi temperatur maksimum dan minimum sebaiknya dilakukan dalam waktu antara jam 8 sampai jam 9 pagi, sesudah terjadi  temperatur minimum.
Temperatur harian rata-rata adalah nilai rata-rata maksimum dan minimum dan sesungguhnya yang tercatat secara terus-menerus yang biasanya berada dalam tingkatan rata-rata.
Temperatur  di ukur dalam derajat Celcius umumnya disebut centigrade. Skala Fahrenheit juga bisa dipakai. Graiden tenperatur vertikal. Tingkat perubahan temperatur di atmosfer menurut ketinggiannya di sebut “tingkat hilang” (lapse rate). Artinya temperatur akan berkurang C setiap penambahan ketinggian 1000 m. tingkat perubahan ini bervariasi, khususnya didekat permukaan tanah, dimana temperatur bisa menjadi sangat panas sepanjang siang hari, memberikan tingkat hilang rendah.
3.      Kelembaban udara
Udara sangat mudah menyerap embun dalam bentuk uap air. Jumlah air yang terserap tergantung pada temperatur udara air. Makin tinggi temperatur udara, makin banyak uap air yang terjadi. Uap air mempunyai tekanan sebagai (partial pressure) yang biasanya diukur dengan bar (1 bar = 100 kN/m2 ; 1 milibar = 102 N/m2) atau mm tinggi kolom air raksa (Hg) (1 mm hg = 1,33 mbr).
Misalkan suatu bidang permukaan penguapan berada pada suatu sistem yang tertutup dan terbungkus di udara, jika suatu sumber energi panas tersedia pada sisterm tersebut, penguapan air ke udara akan berlangsung sampai mencapai titik keseimbangan tertentu dimana udara akan jenuh terhadap embun atau dengan kata lain tidak terjadi penyerapan lagi. Melekul-melekul uap air akhirnya akan mempunyai tekanan yang disebut tekanan uap jenuh (saturation vapour pressure), atau  pada temperatur tertentu dari sistem tersebut.
Harga  berubah-ubah terhadap tenperatur sebagai mana di tunjukkan dalam tabel 2.1 harga-harga tersebut juga digunakan sebagai kurva hubungan antara  dan temperatur (oC) seperti yang terlihat dalam gambar 2.1.  Dengan memperhatikan gambar 2.1. pertimbangkanlah apa yang terjadi terhadap massa atsmosfer udara P yang temperaturnya t tekanan uapnya .
Karena P berada di bawah kurva tekanan uap jenuh, hal itu berarti bahwa massa udara dapat menyerah banyak uap air dan bila proses ini berlangsung  pada tempertur yang konstan, maka letak P akan bergerak vertikal mengikuti garis putus-putus  (1)     hingga udara menjadi jenuh. Tekana uap yang bersesuaian dari P dari posisi baru ini menjadi . Kenaikan (  - ) dikenal dengan defisit kejenuhan (saturation deficit).
Kemungkinan lain, jika tidak ada perubahan yang terjadi dalam kelembaban udara ketitik telah mendingin, maka P  akan bergerak ke kiri sepanjang garis   (2)   hingga memotong garis jenuh lagi. Pada titik ini, P akan menjadi  jenuh  pada temperatur baru td . yang di sebut titik embun  (dew point). Pendinginan udara yang melebihi titik embun ini akan mengakibatkan kondensasi atau sebentuknya kabut.
Jika air di biarkan menguap bebas kemassa udara, tidak satupun dari kedua kemungkinan diatas akan terjadi. Hal ini di sebabkan karena penguapan itu sendiri memerlukan panas, yang di peroleh dari udara itu sendiri. Panas ini di sebut panas penguapan terpendam (head of evaporation), hr  yang dinyatakan dengan persamaan :
hr  = 606,5 – 0,695 t  cal/g









Temperatur (oC)
Gambar 2.1. Tekanan uap jenuh di udara

Kelembaban udara relatif (retative humidity) dinyatakan dengan :
h = /  atau dalam persentase, h = 100 /  %
Dan merupakan kapasitas udara pada temperatur yang ada untuk menyerap uap lebuh lanjut. Kelembaban relatif di ukur dengan meniupkan udara kedalam 2 buah termometer, yang satu bolanya dibungkus dengan kain kasa basah dan yang satu lagi dengan kain kasah kering. Udara yang mengalir melalui bola basah dan kedua termometer itu dapat berputar mengelilingi suatu senar atau lebih tepat lagi memiliki aliran udara yang dihasilkan oleh kipas yang berputar searah jarum jam. Alat ini disebut psychrometer.
Harga  pada temperatur t dapat di peroleh dari persamaan
                 (  - ) = g (t -  )
Dengan :              =   temperatur bola basah
t    =   temperatur bola kering
 =  tekanan sebagai pada  (dari Tabel 2.1)
g  = konstanta psychrometer (dengan asumsi bahwa  kecepatan  udara melalui bola adalah lebih dari 3 m/detik dan t di ukur dalam oC, maka:
Untuk dalam mbar,    g = 0,660
Untuk dalam mmHg, g = 0,485).
4.      Kecepatan Angin
Kecepatan dan arah angin masing-masing dapat diukur dengan anometer dan baling-baling angin Anometer yang konvensional adalah berupa mangkok anometer, yang terdiri dari 3 atau 4 mangkok yang berputar mengelilingi sumbu vertikal. Kecepatan rotasi mengukur kecepatan angin dan total putaran pada sumbu vertikal. Kecepatan rotasi mengukur kecepatan angin dan total putaran memberikan ukuran lari angin (wind run) yaitu jarak sekolompok angin yang bergerak dalam waktu tertentu.
Oleh pengaruh friksional dari permukaan tanah atau permukaan air tempat berikutnya angin, adalah sangat penting untuk menentukan pada setiap observasi angin. Ketinggian alat di atas permukaan tanah dimana alat tersebut di pasang. Hubungan empiris antara kecepatan angin dan ketinggian yang lazim di pakai adalah:
 = 0,15
Dengan        = Kecepatan angin pada pesawat anometer  pada ketinggian
     = Kecepatan angin pada beberapa permukaan  z yang lebih tinggi
            Dalam beberapa tahunterakhir ini telah banyak dilakukan usaha  untuk  menstandarisasi ketinggian observasi, dan di Eropa kecepatan angin biasanya di observasi pada ketinggian 2 meter di atas permukaan tana.
5.      Evaporasi Dan Transpirasi
Pengukuran evaporasi dan transpirasi membrikan evaporasi permukaan air b            ebas dan permukaan tanah serta memperkirakan transpirasi dari tanaman adalah penting dalam studi hidrologi.
Misalkan    :  perkiraan evaporasi kritis (maksimum) sangat penting dalam menentukan kelayakan lokasi suatu perencanaan reservoir.
Syarat penampilan stasiun evaporasi adalah lokasi stasiun harus datar bebas dari halangan (jarak alat terhadap obyek terdekat harus cukup).

1.6.3.     Fungsi
1.      Fungsi penyinaran matahari yaitu mennyinari alat “Campbell stokes Recorder” yang di pasang di atas pasangan bata. Dan alat ini terdiri dari bola gelas yang padat dengan diameter 4 inches (= 10,1 cm).
2.      Fungsi temperatur udara Yaitu udara harus di ukur 2 meter di atas permukaan tanah/air. Supaya Pengamatan/pencatatan temperatur kontinu patut di harapkan, tetapi bila tidak ada maka pencatat temperatur dengan interval waktu 1 jam 2 jam atau 6 jam dapat di anggap cukup. Di dalam mengukur temperatur udara, termometer harus terlindung dari sinar matahari dengan pertukaran udara bebas/ventilasi yang tidak terbatas. Pengukuran temperatur udara dan radiasi matahari bisanya di lakukan pada lokasi yang sama. Temperatur udara di ukur dengan sepasang termometer (maksimum dan minimum) yang di pasang dalam sangkar meteo.
3.      Kelembaban udara berfungsi untuk mencatat temperatur bola basah dan temperatur bola kering yang memberikan hasil yang memadai, dan bola basah itu di bungkus dengan kain tipis dan dibasahi dengan air bersih.
4.      Kecepatan Angin berfungsi untuk pengukuran kecepatan angin yang terbaik dan alat ini dilengkapi dengan gaya torsi pemula yang besar, dengan sistem rantai dan counter penjumlah atau hubungan/peralatan elektris yang berfungsi untuk mencatat gerakan angin. Pembacaan countur pada amometer harus dilakukan dengan interval tertentu.
5.      Evaporasi dan Transpirasi berfungsi untuk memberikan evaporasi permukaan air bebas dan permukaan tanah serta memperkirakan transpirasi dari tanaman adalah penting dalam studi hidrologi.


1.6.4.     Cara pengambilan data
1.6.4.1.          Penyinaran matahari
Cara  Pengambilan Datanya kartu dipasang dalam saluran di bidang  cekung tersebut. Sinar matahari yang difokuskan akan membakar kartu dan membentuk tanda. Penyetelan alat ini harus dilakukan terhadap keadaan horizontal garis lintang (latitude) tempat stasiun, kedudukan pusat bola dengan pusat bidang cekungnya terdapat bidang meridian (garis bujur) pos klimatologi.

1.6.4.2.          Temperatur udara
THERMOMETERS
Cara pengambilan data termometer minimum diisi cairan alkohol dengan bejana alkohol berbentuk garpu atau bola dan dapat menunjukkan suhu minimum  selama waktu pemasangan sampai pembacaan dan termometer harus terlindung dari sinar matahari dengan pertukaran udara bebas/ventilasi yang tidak terbatas.
 

1.6.4.3.          Kelembaban udara
Cara Pengambilan Data yaitu Psychmeter di gantungkan dibagian  belakang dari rumah/sangkar termometer supaya terlindung dari penyinaran matahari dan ada ventilasi yang memadai (terutama untuk termometer bola basah).




1.6.4.4.          Kecepatan angin







Cara Pengambilan Data yaitu Kecepatan angin diukur dekat dengan pengukuran evaporasi, pada ketinggian 2 meter di atas permukaan air/tanah. Bangian tipe anometer dipakai untuk menentukan kecepatan angin rata-rata harian.
1.6.2.     Pengukuran Lama Penyinaran Matahari
Dengan alat “Campbell stokes Recorder” ini dipasang di atas pasangan bata. Alat ini terdiri dari bola gelas padat dengan diameter 4 inches (= 10,1 cm) yang di dalam suatu bidang cekung berbentuk bola dengan diameter sedemikian sehingga sinar matahari di fokuskan denga tajam.
Kartu dipasang dalam saluran di   bidang  cekung tersebut. Sinar matahari yang difokuskan  akan membakar kartu dan membentuk tanda. Penyetelan alat ini harus dilakukan terhadap keadaan horizontal    garis  lintang (latitude).
tempat stasiun, kedudukan pusat bola dengan pusat bidang cekungnya terdapat bidang meridian (garis bujur) pos klimatologi.


1.6.3.     Pengukuran Temperatur Udara
Temperatur udara harus di ukur 2 meter di atas permukaan tanah/air. Pengamatan/pencatatan temperatur kontinu patut di harapkan, tetapi bila tidak ada maka pencatat temperatur dengan interval waktu 1 jam 2 jam atau 6 jam dapat di anggap cukup. Di dalam mengukur temperatur udara, termometer harus terlindung dari sinar matahari dengan pertukaran udara bebas/ ventilasi yang tidak terbatas. Pengukuran temperatur udara dan radiasi matahari bisanya di lakukan pada lokasi yang sama. Temperatur udara di ukur dengan sepasang termometer (maksimum dan minimum) yang di pasang dalam sangkar meteo.
Termometer maksimum dapat mencatat tempetratur tertinggi dalam hari itu, karena dengan adanya penyempitan pada pipa kapiler di atas bajana/bola air raksa. Air raksa di dalam bola/bejana yang berkembang akibat suhu udara naik, akan terdorong keluar melalui bagian penyempitan ke pipa kapiler. Keadaan ini tidak dapat kembali walaupun suhu udara menurun.
Termometer minimum berisi cairan alkohol dengan bejana alkohol berbentuk garpu atau bola dapat menunjukkan suhu minimum  selama waktu pemasangan sampai pembacaan.
Temperatur rata-rata harian =




1.6.4.     Pengukuran Kelembaban Udara
Pengukuran kelembapan dilakukan pada lokasi yang sama dengan pengukuran temperetur udara. Kelembapan udara dinyatakan oleh tekanan uap (banyaknya uap air di udara) oleh koevisien hidrometrik atau kelembaban relatif atau temperatur titik embun sebab sesungguhnya tekanan uap tidak cukup kelembaban sebenarnya.
Titik embun adalah temperetur dimana udara menjadi jenuh dengan uap air temperatur ini akan di lampaui oleh keadaan air (udara lembab) yang sedang didinginkan sehingga zat air akan mulai berkondensasi.
Kelembaban relatif : adalah persentasi uap air maksimum di dalam udara pada saat pencatatan. Kelembaban di ukur dengan psychrometer yang di lengkapi dengan 2 termometer yang serupa (Thermometer Thermocouple).
Thermometer Thermocouple ini berfungsi untuk mencatat temperatur bola basah dan temperatur bola kering yang membersihkan hasil memadai.
Sedang pada thermometer bola kering di biarkan tetap kering. Penurunan temperatur bola basah yang di sebabkan oleh penguapan airnya tergantung pada keadaan uap air di udara.

Psychmeter di gantungkan dibagian belakang dari rumah/sangkar termometer supaya terlindung dari penyinaran matahari dan ada ventilasi yang memadai (terutama untuk termometer bola basah).

1.6.5.     Pengukuran Kecepatan Angin
Kecepatan angin diukur dekat dengan pengukuran evaporasi, pada ketinggian 2 meter di atas permukaan air/tanah. Bangian tipe anometer dipakai untuk menentukan kecepatan angin rata-rata harian. Rotor dengan 3 mangkuk atau anometer fan adalah pengukuran kecepatan angin yang terbaik. Alat ini dilengkapi dengan gaya torsi pemula yang besar, dengan sistem rantai dan counter penjumlah atau hubungan/peralatan elektris yang berfungsi untuk mencatat gerakan angin. Pembacaan countur pada amometer harus dilakukan dengan interval tertentu, misalkan harian.






1.7.   Fungsi Dan Cara Pengambilan Data


BAB II
CURAH  HUJAN

2.1  Distribusi Curah Hujan
2.1.1  Distribusi curah hujan wilayah/daerah (regional distributon)
   Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan suatu rancangan pemanfaatan air dan rancangan pengendalian banjir adalah curah hujan rata-rata diseluruh daearah yang bersangkutan, bukan curah hujan pada suatu titik tertentu. Curah hujan ini disebut curah hujan wilayah atau daerah dan dinyatakan dalam mm.
   Curah hujan daerah ini harus diperhatikan dari beberapa titik pengamatan curah hujan. Cara-cara perhitungan curah hujan daerah dari pengamatan curah hujan di beberapa titik adalah sebagai berikut :
1.          Cara rata-rata aljabar
Cara ini adalah perhitungan rata-rata secara aljabar curah hujan di dalam dan di sekitar daerah yang bersangkutan.
Dimana :
   R            = Curah hujan daerah (mm)
   n            = Jumlah titik-titik (pos-pos) pengamatan
R1,R2,… R3        = Curah hujan ditiap titik pengamatan (mm)
            Hasil yang  diperoleh dengan cara ini tidak berbeda jauh dari hasil yang didapat dengan cara lain, jika titik pengamatan itu banyak dan terbesar merata di seluruh daerah itu. Keuntungan cara ini aialaah bahwa cara ini adalah obyektif yang berbeda dengan umpama cara isohiet, di mana factor subyektif turut menentukan.


2.          Cara Thiessen
Jika titik-titik pengamatan di dalam daerah itu tidak tersebar merata , maka cara perhitungan curah hujan rata-rata itu di lakukan dengan memperhitungkan daerah pengaruh tiap titik pengamatan.

Dimana :
   R            = Curah hujan daerah (mm)
R1, R2,..........Rn          = Curah hujan tiap titik  pengamatan  dan  n  adalah
   jumlah pengamatan
   A1,A2,…………An          = bagian daerah yang mewakili tiap titik  pengamatan
   W1,W2,………Wn        :

Bagian-bagian suatu daerah  A1, A2, .……An  ditentukan  dengan cara seperti berikut :
1.      Cantumkan titik-titik pengamatan di dalam dan disekitar daerah itu pada peta topografi skala 1 : 50.000, kemudian hubungkan tiap-tiap titik yang berdekatan dengan sebuah garis lurus (dengan demikian akan terlukis jaringan segi tiga yang menutupi seluruh daerah).
2.      Daerah yang bersangkutan itu di bagi dalam poligon-poligon yang dapat dengan menggambar garis bagi tegak lurus pada tiap sigi tiga  tersebut. Curah hujan dalam tiap polygon itu di anggap mewakili oleh curah hujan dari titik pengamatan dalam tiap polygon itu.
Cara Thiesen ini memberikan hasil yang lebih teliti dari pada cara Aljabar rata-rata. Akan tetapi, penentuan titik pengamatan dan pemelihaan ketinggian akan mempengaruhi ketelitian hasil yang didapat. Kerugian yang lain ialah umpamanya untuk penentuan kembali jaringan segitiga jika terdapat kekurangan pengamatan pada salah satu titik pengamatan.
2.1.2  Distribusi curah hujan wilayah dengan jangka waktu
Hal  yang penting dalam pembuatan rancangan dan rencana adalah distribusi curah hujan. Distribusi curah hujan adalah berbeda - beda  sesuai dengan jangka  waktu yang  di tinjau  yakni curah  hujan tahunan atau jumlah curah hujan dalam setahun, curah hujan bulanan (jumlah curah hujan bulanan), curah hujan harian (jumlah curah hujan 24 jam), curah hujan perjam. Harga-harga yang diperoleh ini dapat digunakan untuk menentukan prospek dikemudian hari dan akhirnya untuk perencanaan sesuai dengan tujuan yang dimaksud.
Di bawa ini akan dikemukakan perhitungan curah hujan sungai dengan daerah pengaliran  yang  kecil, yakni cara  pemikiran  dan cara perhitungan    curah  hujan jangka waktu pendek untuk penentuan volume debit konstruksi - konstruksi seperti gorong-gorong, saluran samping dan lain-lain.
(1)    Intensitas Curah Hujan
Cara hujan jangka pendek dinyatakan dalam intensitas per jam yang disebut intensitas curah hujan (mm/jam). Intensitas curah hujan rata-rata dalam t jam (I­t) dinyatakan dalam rumus sebagai berikut:
It =                                    
Dimana :
Rt        =  Curah hujan selama t jam.
Besarnya intensitas curah hujan itu berbeda-beda yang disebabkan oleh lamanya curah hujan atau frekuensi kejadiannya. Beberapa rumus intensitas curah hujan yang dihubungkan dengan hal-hal ini, telah disusun sebagai rumus-rumus eksperimentil. Satu diantaranya digunakan di Jepang adalah sebagai berikut:
1.                 
Rumus ini dikemukakan oleh Prof.  Talbot pada tahun 1881 dan disebut jenis Talbot. Rumus ini banyak digunakan karena mudah diterapkan dimana tetapan-tetapan a dan b ditentukan dengan harga-harga yang diukur.
2.                 
Rumus ini dikemukakan oleh Prof. Sherman dalam tahun 1905 dan disebut jenis Sherman. Rumus ini mungkin cocok untuk jangka waktu curah hujan yang lamanya lebih dari 2 jam.
3.                 
Rumus ini dikemukakan oleh Dr. Ishiguro dalam tahun 1953.
4.                 
Rumus ini disebut rumus Mononobe dan merupakan sebuah variasi dari rumus poin (2). Rumus (1) sampai (3) adalah rumus-rumus intensitas curah hujan untuk curah hujan jangka pendek. Rumus (4) digunakan untuk menghitung curah hujan setiap waktu berdasarkan data curah hujan harian.
Dalam 1 sampai 4:
I =  Intensitas curah hujan (mm/jam)
t      =            lamanya curah hujan (menit), atau untuk 4 dalam (jam)
a,b,n,m: tetapan
R24­­  =    curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm).
Kurva frekwensi intensitas­ – lamanya (frekuensi I-t)  adalah diagram persamaan-persamaan tersebut  diatas dengan t sebagai absis dan I sebagai kordinat. Kurva ini digunakan untuk perhitungan limpasan (run-off) dengan rumus rasional dan untuk perhitungan debit puncak dengan menggunakan intensitas curah hujan yang sebanding dengan waktu pengaliran  curah hujan dan titik paling atas ke titik yang ditinjau di bagian hilir daerah pengaliran itu (waktu tiba = arrival time). Kurva itu menandakan besarnya kemungkinan terjadinya intensitas curah hujan yang berlaku untuk lamanya curah hujan sembarangan, dapat dilihat bahwa rumus-rumus intensitas curah hujan mempunyai tetapan - tetapan  yang  berbeda, yang berhubungan dengan frekwuensi kejadiannya. Jadi untuk perhitungan  limpasan  (hujan)  diperlukan rumus intensitas curah hujan tersendiri sesuai dengan kemungkinan tahun kejadian yang diperhitungkan.

(2)    Cara perhitungan Intensitas curah hujan
(a)    Perhitungan dengan cara kuadrat terkecil (least square): cara ini adalah cara untuk menentukan tetapan-tetapan a, b, dan n dalam rumus-rumus pada poin yang ke  (1), (2), dan (3) yang dikemukakan dalam (1) berdasarkan cara kuadrat terkecil dengan menggunakan data curah hujan. Cara perhitungan adalah sebagai berikut.
1.      Pertama-tama diambil 8 jenis lamanya curah hujan t (menit), 5, 10, 20, 30, 40, 60, 80 dan 120 menit. Semua curah hujan yang bersangkutan dengan ke delapan hal ini disusun bersama data curah hujan sebuah stasiun pengamatan.
2.      Harga-harga tersebut digunakan dalam perhitungan kemungkinan lebih (excess probability) dengan cara awal dan lain-lain yang dikemukakan dalam 3.2.2. Kemudian diadakan perhitungan intensitas curah hujan I  (mm/jam) yang bersangkutan dengan ke 8 harga t untuk setiap tahun kemungkinan (probable year).
3.      dengan menggunakan ke 8 harga t  dalam setiap tahun kemungkinan itu, maka diadakan perhitungan tetapan-tetapan untuk setiap rumus intensitas curah hujan adalah sebagai berikut:
[Jenis I]
                         a dan b …..………….(3.12)
[Jenis II]
        ……..……..(3.13)


[Jenis III]
        
                                    ……………(3.14)

Dimana :
 [ ]      =    Jumlah angka-angka dalam tiap siku.
     N       =    Banyaknya data.
Cara ini membutuhkan perhitungan dan pekerjaan yang banyak seperti pembacaan dan penyusunan data curah hujan untuk setiap t pada kertas-kertas pencatatan curah hujan otomatis sepanjang pengamatan yang lalu.
Data curah hujan untuk setiap lamanya curah hujan t menit disusun dengan menggunakan data curah hujan tahun-tahun yang telah lalu dari sebuah stasiun pengamatan. Kemudian diadakan perhitungan kemungkinan lebih (perhitungan ini tidak dicantumkan di sini). Harga-harga dalam tabel di bawa ini adalah harga-harga dengan kemungkinan 10 tahun. Dengan harga-harga ini, maka dihitung harga-harga intensitas curah hujan sesuai dengan rumus pada poin (1), (2), dan (3). dari hasil-hasil ini dapat ditentukan rumus mana yang paling cocok.
(b)     Rumus intensitas curah hujan dengan cara koefisien spesifik (Probable rainfall-intensity-farmula by spesificent method):
cara yang dikemukakan dalam (a) memerlukan data pengamatan curah hujan yang penjang dan sekurang-kurangnya untuk 8 jenis lamanya curah hujan. Disamping itu kesemuanya harus dibaca dari kertas-kertas alat ukur otomatis.
2.1.3  Cara memperkirakan kemungkinan curah hujan
Hal-hal utama yang telah dikemukakan adalah analisa frekuensi data hidrologi, bagaimana dalam perhitungan dan penggambaran  distribusi   asyimetris dari kurva  kemungkinan  kerapatan dan bagaimana  halnya harga kemungkinan terlampau.
Penyelidikan yang banyak mengenai distribusi curah hujan telah berlangsung terus. Penyelidikan-penyelidikan itu dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
(1)   Cara yang menggunakan distribusi Normal: cara ini adalah untuk menyelesaikan atau menghitung distribusi normal yang dapat dengan mengubah variabel distribusi asyimetris di dalam logaritma atau kedalam akar pangkat n . Cara Iwai adalah salah satu cara untuk hal yang pertama.
(2)   Cara mempergunakan langsung kurva asyimetris kemungkinan kerapatan: Cara-cara yang dipergunakan adalah jenis distribusi eksponensial dan distribusi harga ekstrim.
(3)   Cara yang mengkombinasikan cara 1 dan 2: Cara Iwai adalah cara yang banyak digunakan di Jepang. Cara perhitungan sederhana yang menggunakan kertas kemungkinan logaritmis akan dikemukakan di bawa ini.
Cara Iwai seperti dikemukakan di atas, kurva kemungkinan kerapatan dari curah hujan harian maksimum atau curah hujan maksimum dalam 1 tahun, tidak merupakan sebuah kurva distribusi yang asyimetris. Dengan merubah variabel (x) dari kurva distribusi itu ke logaritma x atau log x, maka kurva itu dapat dirubah menjadi kurva distribusi normal. Jadi, kemungkinan terlampau W(x) dapat diperoleh dengan asumsi bahwa data hidrologi itu mempunyai distribusi log-normal.

BAB III
ANALISIS CURAH HUJAN RENCANA

3.1  Umum
Pada dasarnya curah hujan rencana adalah curah hujan maksimum yang didasarkan pada kala ulang tertentu. Perhitungan curah hujan rencana dipergunakan untuk mengetahui berapa besar curah hujan rencana pada suatu sungai.

3.2  Analisa Frekuensi
3.2.1  Curah Hujan Harian Maksimum
Curah hujan harian maksimum tahunan dihitung dengan mengambil nilai rata-rata curah hujan harian maksimum yang terjadi pada hari yang dari serial data tahunan yang sama dari masing-masing stasiun yang dianggap memberi pengaruh. Jika kondisi letak stasiun penakar curah hujan di sekitar lokasi tidak memungkingkan untuk menentukan hujan rata-rata daerah dengan metode Thieseen Poligon, maka metode yang digunakan adalah rata-rata aljabar.
Dari hasil perhitungan curah hujan harian maksimum rerata dari suatu daerah yang kita tinjau maka dapat dilakukan analisa frekwensi untuk menghitung curah hujan rencana dengan metode Gumbel dan Log-Person Type III dengan periode ulang tertentu

3.2.2  Analisa Curah Hujan Dengan Metode Gumbel
   Metode Gumbel  menggunakan  teori  harga  ekstrim  untuk menunjukkan bahwa deret  harga - harga ekstrim X1, X2, … .………..Xn, dimana sample - sampelnya sama besar dan X merupakan variabel  berdistribusi eksponensial. Rumus perhitungan  yang  akan  digunakan  adalah  sebagai  berikut :
X    =    X + Sx (0.78y – 0.45)
Y    =    -ln (-ln (t-1) / t))
Dimana:
X    =    X rata-rata tahunan
Sx   =    Simpangan baku
Y    =    Perubahan reduksi
n    =    Jumlah data
Xi   =    Seri data maksimum setiap tahun
T = Kala ulang dalam tahun
Dalam bentuk rumus lain dapat di situliskan sebagai derikut :
Xt   =    Xr + Sx . K
K = (yt – yn) / Sn
Dimana:
Xt   =    Besarnya curah hujan rencana untuk periode ulang t
Sr   =    Harga rata-rata dari data curah hujan maksimum
F = Faktor frekuensi
Yn  =    Reduce mean sebagai fungsi dari banyak data (n)
Sn  =    Reduce standard deviasi sebagai fungsi dari banyaknya data (n)
Yt   =    Reduce Variate
t = Kala ulang

Tabel : Nilai Yt sebagai fungsi dari nilai t
T
Yt
t
Yt
1.01
-1.53
20
2.97
1.58
0.00
50
3.90
2.00
0.37
100
4.60
5.00
1.50
200
5.30
10.00
2.25


Sumber : Metode Perhitungan Curah hujan SK-SNI-M-18-1989-F Hal. 17

Tabel : Simpangan Baku Tereduksi Sn
N
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0.94
1.06
1.11
1.14
1.16
1.17
1.18
1.19
1.20
1.20
0.98
1.06
1.11
1.14
1.16
1.17
1.18
1.19
1.20

0.98
1.07
1.11
1.14
1.16
1.17
1.18
1.19
1.20

0.99
1.08
1.12
1.14
1.16
1.17
1.18
1.19
1.20

1.00
1.08
1.12
1.14
1.16
1.17
1.18
1.19
1.20

1.02
1.08
1.12
1.14
1.16
1.17
1.18
1.19
1.20

1.03
1.09
1.13
1.15
1.17
1.18
1.19
1.19
1.20

1.03
1.10
1.13
1.15
1.17
1.18
1.19
1.19
1.20

1.04
1.10
1.13
1.15
1.17
1.18
1.19
1.19
1.20

1.05
1.10
1.13
1.15
1.17
1.18
1.19
1.19
1.20

Sumber : Metode Perhitungan Curah hujan SK-SNI-M-18-1989-F Hal. 17







Tabel : Simpangan Baku Tereduksi Yn
N
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0.495
0.523
0.536
0.543
0.548
0.552
0.554
0.556
0.558
0.560
0.449
0.525
0.537
0.544
0.549
0.552
0.555
0.557
0.558
0.503
0.526
0.538
0.544
0.549
0.552
0.555
0.557
0.558
0.507
0.528
0.538
0.545
0.549
0.553
0.555
0.557
0.559

0.510
0.529
0.539
0.545
0.550
0.553
0.555
0.557
0.559

0.512
0.530
0.510
0.546
0.550
0.553
0.555
0.558
0.559

0.515
0.532
0.541
0.546
0.550
0.553
0.555
0.558
0.559

0.518
0.533
0.541
0.547
0.551
0.554
0.556
0.558
0.559

0.520
0.534
0.542
0.547
0.551
0.554
0.556
0.558
0.559

0.522
0.535
0.543
0.547
0.551
0.554
0.556
0.558
0.559

Sumber : Metode Perhitungan Curah hujan SK-SNI-M-18-1989-F Hal. 17
Hasil perhitungan analisa frekuensi curah hujan rencana dengan metode Gumbel terdapat pada lampiran perhitungan berikut (depan)
3.2.3  Analisa Curah Hujan Rencana Metode Log Person Tipe III
   Langkah-langkah perhitungan curah hujan dengan metode Log Person III adalah sebagai berikut :

1. Nilai Rata-rata :

2. Standar Deviasi :
3. Koefisien Kepencengan [Scewness] :
4. Curah Hujan Rencana :
         X          =          Anti Log X
Dimana:
Log X   =    Logarima curah hujan yang di cari
=    Logarima rerata dari curah hujan
Log Xi  =    Logarima curah hujan tahun  ke i
G         =    Konstanta Log Person III berdasarkan koefisien kepencenangan besarya yang telah di sajikan
Sx         =    Simpangan Baku
n          =    Jumlah Data
Hasil perhitungan analisa frekuensi curah hujan rencana dengan metode Log Person III dapat lihat pada lampiran berikutnya (depan)
3.2.4  Uji Kesesuaian Distribusi
   Uji kesesuaian ini di lakukan untuk mengetahui apakah hipotesa tersebut benar sesuai dengan distribusi teoritis yang dipilih, sehingga dapat ditentukan bahwa distribusi tersebut dapat atau tidak dapat untuk di gunakan untuk proses untuk perhitungan selanjutnya. Dalam uji kesesuaian ini digunakan Smirnov-Kolmogorop dan Uji Chi-Kuadrat (Chi-Square)
4  Uji Sminov-Kolmogrov
   Metode ini digunakan untuk menguji simpangan secara mendatar. Uji ini dilakukan mengikuti tahapan sebagai berikut :
1.      Data curag hujan disusun dengan urutan data terkecil hingga data terbesar.
2.      Menghitung besarnya harha probabilitas dengan persamaan weibull sebagai berikut :
Dimana :
P =    Probabilitas (%)
m     =    Nomor urut data
n      =    Jumlah data
3.      Dari grafik pengeplotan data curah hujan dikertas probabilitas di dapat perbedaan yang maksimum antara distribusi empiris yang disebut dengan . Kemudian dibandingkan dengan . Yang didapat dari tabel untuk dereajat tertentu ( ). Dalam desain bangunan-bangunan pengairan nilai diambil5%
3.      Bila harga < cr, maka dapat disimpulkan bahwa penyimpangan yang terjadi masih dalam batas-batas yang diizingkan.







Tabel : Nilai Kritis ( ) Dari Sminor-Kolmogorof
Sumber : Hidrologi Soewarno, 1995 hal 199

4  Uji Chi-Kuadrat
   Uji kesesuaian distribusi dengan metode Chi-Kuadrat merupakan satu ukuran mengenai perbedaan yang terdapat antara frekuensi yanmg diamati demgan yang diharapkan. Uji ini digunakan untuk menguji simpangan secara tegak lurus. Misalnya terdapat K kelas frekuensi, maka rumus Chi-Square (X2) adalah :
 
Dimana :
X2hit         =    Parameter Chi-Kuadrat terhitung
Ej            =    Frekuensi  teoritis
Oj           =    Frekuensi pengamatan
Langkah-langkah pengujian Chi-Kuadrat dilakukan sebagai berikut :
1. Nilai X2 cr  didapat dari Tabel : 3 – 11, dengan taraf signifikan ( ) dan derajat kebebasan (DK), dengan
DK    =    n – (m + 1)
Dimana :
DK          =    Nilai derajat bebas
n            =    Jumlah data
m           =    Jumlah parameter untuk X2 hit
2. Bila nialai X2 hit < X2 cr, maka dapat disimpulkan bahwa penyimpangan yang terjadi masih dalam batas-batas yang diizingkan.
   Ploting  data pada kertas probabilitas dan hasil perhitungan Uji-Smirnov  kolmogrov dan Uji Chi-Kuadrat (X2 – Tes) dari analisa frekuensi untuk masing-masing metode Gumbel dan Log Person Type III  disajikan pada tabel serta gambar. Dan Rekapitulasi besaran curah hujan rencana untuk masing-masing metode.

3.3  Analisa Curah hujan Rencana
3.3.1  Metode Hidrograp Satuan Sinetik Nakayasu
4   Intensitas curah hujan dan pola disribusi
Perhitungan  Curah Hujan dan  pola distribusi  hujan jam – jaman  adalah       untuk mengetahui atau menghitung intensitas curah hujan setiap waktu berdasarkan curah
hujan harian digunakan rumus dari Mononobe(Sosrodarsono - Takeda 1987).
Rt   =    (R24/24) (24/t)
Dimana :
Rt           =    Rerata hujan dari awal sampai ke t (mm/jam)
R24        =    Tinggi hujan maksimum dalam 24 jam (mm/jam)
   t          =    Waktu hujan dari awal sampai jam ke t (jam)
   Hidrograf satuan sinetik Nakayasu merupakan salah satu hidrograf satuan sinetik yang telah dikembangkan. HSS ini dihasilkan berdasarkan pengamatan emperis di Jepang. Parameter-parameter dari hidrograf satuan senetis ini meliputi :
  1. Tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak  hidrograf.
  2. Tenggang waktu dari titik berat hujan sampai titik berat hidrograf.
  3. Tenggang waktu hidrograf
  4. Luad daerah pengaliran
  5. Panjang alur sungai utama terpanjang
  6. Koefisien pengaliran.
4   Hujan Efektif
   Hujan efektif ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
Rn    =  c . Rh
Dimana :
Rn          =    Curah hujan efektif (mm/jam)
Rh          =    Curah hujan maksimum dalam (mm/jam)
c            =    Koefisien pengaliran sungai
4   Hidrograf Satuan
   Rumus hidrograf satuan sintetik Nakayasu dapat diuraikan sebagai berikut :
Dimana :
Qp         =    Debit puncak banjir (m3/det)
Ro          =    Hujan  satuan (mm)
Tp           =    Tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak banjir (jam)
T0.3      =    Waktu yang diperlukan oleh penerunan debit, dari debit puncak sapai menjadi  30% dari puncak (jam)
   Untuk menghitung Tp dan T0.3 digunakan rumus :
Tp    =  Tg + 0.8 tr
T0.3    = 
Maka dengan demikian :
  1. Jika panjang sungai > 15 Km maka:
Tg     =    0.4 + 0.058 L
  1. Jika Panjang sungai < 15 Km maka:
Tp    =  0.21 L0.7
Dimana :
Tg           =    Waktu antara hujan sampai debit puncak banjir (jam)
          =    Parameter hidrograf
Tr            =    Satuan waktu hujan  (1jam)
Persamaan hidrograf satuanya adalah sebagai berikut :
  1. Waktu naik (0 ≤ t < Tp)
Qt    =    Qmaks
  1. Waktu turun :
a.     0 ≤ t < (Tp + T0.3)
Qt  =  Qmaks . *
b.     (Tp + T0.3) ≤ t < (Tp + T0.3 + T0.32)
   Qt  =  Qmaks . *
c.      t ≥ (Tp + T0.3 + 1.5 T0.3 )
Qt  =  Qmaks . *

3.3.2  Metode Hidrograp Satuan Sinetik Snyder
   Hidrograf satuan sintetik (HSS) Snyder pertama kali dikembangkan oleh Synder (1983) di Amerika Serikat. Synder mengembangkan rumus emperis dengan koefisien-koefisien yang menghubungkan unsure-unsur hidrograf satuan dengan karakteristik daerah pengaliran. Pendekatan asli yang dikemukakan oleh Synder memilih tiga parameter yaitu : lebar dasar hidrograf, debit puncak, dan kelambatan lembah yang dianggap cukup memadai untuk mendefinisikan hidrograf satuan.
   Hidrograf tersebut ditentukan secara cukup baik dengan tinggi d = 1 cm, dan dengan ketiga unsure yang lain yaitu Qp (m/dt), Tb, serta tr (jam). Unsure-unsur hidrograf tersebut dihubungkan dengan luas daerah pengaliran A (Km2), panjang aliran utama L (Km), dan jarak antara titik berat daerah pengaliran dengan pelepasan LC (Km) yang diukur sepanjang aliran utama.
   Dengan unsure-unsur tersebut di atas, Synder membuat rumusan sebagai berikut :
tp  =    Ct (L Lc)n                                   n  =    0.3
Dimana :
L =          Panjang Sungai (Km)
Lc           =    Panjang sungai dari titik berat basin ketitik tinjau (Km)
tp           =    Tenggang waktu dari  titik berat hujan efektif ke punca unit  hidrograf.
Ct, n      =    Koefisien yang tergantung dari slope basisnya.
qp =    275 x (Cp/p)
Dimana :
Qp         =    Debit maksimum hidrograf satuan (m3/det/km2)
 Cp        =    Koefisien karaterisrik basin

te   =    P/5.5
Dimana :
te           =    Lamanya curah hujan efektif
Jika te > tr (tr = 1 mm), maka :
T’p   = tp + 0.25 (tr – te)                   
Sehingga didapat waktu untuk mencapai debit maksimum
Tp    =  t’p = 0.25 tr
Jika te < tr, maka
Tp    =  tp = 0.5 tr
Dimana :
Tp           =    Debit maksimum hidrograf satuan (m3/det/km2)
 tr           =    Koefisien karaterisrik basin
Qp = 
Dimana :
Qp         =    Debit maksimum total (m3/det)
 A           =    Luas DAS hujan efektif (Km2)
 h           =    Curah hujan (1 mm)
Waktu dasarnya adalah sebagai berikut :
Tb  =  72 + 3 tp
   Koefisien-koefisien Ct dan Cp harus ditentukan secara empiris, karena besarnya berubah-ubah  antara daerah yang satu dengan daerah yang lainya. Besarnya  adalah Ct = 0.75 – 3.00 sedangkan Cp = 0.90 – 1.40.
   Hidrograf yang didapatkan dari perhitungan ini adalah hidrograf satuan tak berdemensi, sehingga untuk proses perhitungan hidrograf satuanya digunakan persamaan Alexeyev, sebagai berikut :
Q      =    f (t)
Y      =    q/Qp dan X  =             t/Tp
Y      =     
A      =    1.32  + 0.15  + 0.045
     =   
h      =    Tinggi hujan (1 mm)
Dimana semua parameter seperti taksrif.


3.3.3  Metode Hidrograp Satuan Sinetik FSR
Metode yang diberikan FSR (ood StudyRepotr) merupakan metode sintesa hidrograf satuan 1 jam bagi bagi daearah aliran tak terukur dan pemilihan hujan rancangan yang cocok diaplikasikan pada daerah tujuan. Metode ini juga menggunakan tiga parameter, yaitu : waktu terjadinya debiot puncak, dan lebar dasar hidrograf. Akan tetapi parameter-parameter tersebut menggunakan takrif yang agak berbeda.
   Menurut Wilson (1993), waktu sampai terjadinya debit puncak  adalah waktu sampai terjadinya puncak dari suatu hidrograf  satuan 1 jam yang di ukur mulai dari permulaan limpasan reaksi (Standar of response runoff). Tp (jam), dapat dihitung dengan rumus :
Tp    =    46.6(MSL)0.14 (S 1085)-0.38 (1 + URBAN)-1.99 (RSMD)-0.40
Dimana :
Tp                       =    Waktu puncak
 MSL                   =    Panjang sungai utama (Km), yang diukur dari peta 1 : 50.000
 S 1085            =    Kemiringan yang diperoleh dengan mengidentifikas dua titik pada jarak 10% dan  80% dari panjang sungai utamadari titik lepas daerah aliran sebagaiman di tunjukkan pada peta bersakala 1 : 50.000 dan menetapkan perbedaan elevasinya dan panjang sungai antara kedua titik tersebut.
URBAN            =    Bagian daerah aliran dalam pengembangan daerah perkotaan.
RSMD              =    Curah hujan M5 1-hari, dikurangi deficit lengas tanah rerata efektif
Puncak hidrograf satuan Qp  dalam satruan  m3 dalam satuan m3/det/Km2 dapat dihitung dengan :
Qp =  220 / Tp
Dimana :
QTp        Debit puncak banjir   (m3/det)                                             
 A           =    Waktu puncak (Km2)
Sedangkan lebar dasar hidrologi dihitung dengan :
Tb    =      2.52 . Tp     
Dimana :
Tb           =    Waktu dasar
Tp           =    Waktu puncak
Ketiga parameter, Tp, Qp dan Tb, memungkinkan digambarnya hidrograf satuan yang merupakan hidrograf satuan 1-jam. Untuk perhitungan hidrograf satuanya digunakan persamaan Alexejev, Persamaan (2-19) sampai (2-23)
3.3.4  Metode Hidrograp Satuan Sinetik SCS (Soil Consevation Service)
Hidrograf satuan sinetik Metode SCS adalah hidrograf yag mana debit diekspresikan sebagai perbandingan antara debit q dengan debit puncak qp, dan waktu merupakan perbandingan dari waktu t dengan tenggang waktu naik dari hidrograf Tp. Diberikan debit puncak dan waktu kelambatan atau tenggang waktu dari titik berat hujan sampai titik berat hidrograf (time log) untuk durasi dari hujan efektif, hidrograf satuan dapat diestimasi dari hidrograf sintetik tak berdemensi untuk suatu DPS.
SCS menganjurkan waktu resesi (time of recession) dapat perkirakan sebesar 1.67 Tp. Sebagaimana luas dibawah hidrograf satuan akan sesuai denagn suatu limpasan langsung sebesar 1 cm. sehingga dapat dilihat bahwa :



Sedangkan
Dimana :
c            =    Koefisien karakter basin SCS  = 2.08
 A           =    Luas DAS (Km2)
   Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan pada DAS basar maupun kecil menunjukkan bahwa kelembatan basin  tp = 0.6 Tc. Sedangkan waktu naik Tp dapat dieksprensiksn dengan :
Hidrograf dapat dikonversi ke dalam dimensi yang dibutuhkan dengan menggunakan persamaan Alexejev seperti pada metode HSS Synder, persamaan (2-9) sampai dengan (2-23)
Untuk perhitungan waktu konsentrasi Tc digunakan rumus yang telah direkomendasikan untuk digunakan di Indonesia (Hoesein, et al, 1992) sebagai berikut :
Dimana :
Tc        =Waktu konsentrasi (jam) L       =  Panjang sungai terpanjang  (Km)

3.3.5  Metode Hidrograp Satuan Sinetik GAMA I
   Seperti yang di jelaskan sebelumnya bahwa HSS Nakayasu dan Snyder yang penelianya dilakukan di Negara lain, maka sudah barang tentu parameternya tidak dapat langsung diaplikasikan pada DAS yang berada di Indonesia, karena menunjukkan penyimpangan yang cukup besar dibangdingkan dengan hidrograf terukur.
   Untuk mengatasi penyimpangan-penyimpangan tersebut, maka sri harto (1985) menyelesaikan dengan memanfaatkan parameter-parameter DAS lain yang ternyata sangat menentukanpengalihragaman hujan menjadi banjir :
   Adapun  parameter-parameter  tersebut didefenisikan sebagai berikut :
1.      Sumber-sumber (SF) yaitu perbandingan antara jumlah panjang sungai-sungai tingkat  I dengan jumlah panjang sungai-sungai semua tingkat
2.      Frekuensi sumber (SN) yaitu perbandingan antara jumlah pangsa sungai-sungai tingkat I dengan jumlah pangsa sungai-sungai semua tingkat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BENDUNG

MAKALAH PANTAI